TEL AVIV (Arrahmah.id) — Israel tidak lagi membuat persyaratan bagi Turki untuk menangkap atau menindak anggota Hamas serta menutup kantor Hamas dalam rencana pemulihan hubungan kedua negara. Ini menandakan perubahan besar dalam proses rekonsiliasi kedua negara.
Menurut Jerusalem Post (17/2/2022), seorang pejabat senior Israel yang tidak disebutkan namanya mengungkapkan itu beberapa hari lalu.
“Kami tidak lagi menetapkan syarat untuk tindakan keras terhadap pejabat dan anggota Hamas di Turki,” ujarnya sebagaimana dilansir Middle East Monitor (20/2).
Ia memastikan bahwa Tel Aviv masih bekerja dengan sangat hati-hati dalam masalah tersebut.
Sebelumnya hubungan antara Israel dan Turki telah, selama bertahun-tahun, tegang karena isu-isu Palestina. Kasus penembakan kapal Mavi Marmara pada 2010, pemboman Gaza, dan deklarasi Jerusalem sebagai ibu kota Israel oleh mantan pemerintahan AS Donald Trump menjadi pemidu ketegangan itu.
Isu-isu tersebut mengakibatkan banyak perselisihan diplomatik dan putusnya hubungan selama bertahun-tahun. Namun, baru-baru ini ada dorongan untuk normalisasi antara Ankara dan Tel Aviv dengan negosiasi intens sepanjang tahun lalu.
Israel sebelumnya meminta Turki untuk menindak elemen-elemen kelompok perlawanan Palestina, Hamas, sebagai syarat utama normalisasi. Adapaun Turki meminta Israel untuk lebih sensitif terhadap Palestina.
Kondisi itu bermula dari klaim media Israel, bahwa tokoh Hamas terkemuka menggunakan Istanbul sebagai tempat yang aman.
Kelompok Hamas dikatakan mendirikan kantor dan fasilitas rahasia untuk melakukan serangan dunia maya terhadap Israel dan mereka merekrut mahasiswa Palestina di Turki untuk mengirim mereka ke Tepi Barat sebagai agen. (hanoum/arrahmah.id)