YERUSALEM (Arrahmah.com) – Tentara pendudukan “Israel” telah membunuh dan melukai puluhan warga Palestina. Sumber-sumber medis di Jalur Gaza mengatakan bahwa setidaknya enam anak-anak Palestina tewas dan puluhan luka-luka ketika pasukan “Israel” menembaki pemuda yang melemparkan batu sebagai protes terhadap kekerasan Israel yang berlebihan terhadap warga Palestina.
Beberapa warga Palestina lainnya tewas di Tepi Barat dalam beberapa hari terakhir.
Seorang saksi mata, Muhammad Yousef al-Jamal, menggambarkan pembunuhan itu sebagai “pembantaian terencana”, sebagaimana dilansir oleh PIC (10/10/2015).
Para pengunjuk rasa tidak menimbulkan ancaman nyata bagi kehidupan tentara “Israel”. Namun pasukan “Israel” melepaskan tembakan tanpa pandang bulu, menyebabkan tingginya jumlah korban ini.
Hal ini jelas bahwa “Israel” ingin menumpahkan darah orang Palestina sebanyak mungkin!
Pasukan “Israel” dan polisi diperintahkan untuk menembak mati warga Palestina dengan sedikit kecurigaan bahwa orang Palestina berusaha untuk menusuk “Israel”.
Orang-orang “Israel” juga diminta untuk membawa senjata ketika mereka meninggalkan rumah mereka sebagai langkah pencegahan.
Dalam salah satu insiden terburuk, polisi “Israel” menembak mati seorang gadis Palestina dimana saksi mata yang menyaksikan kejadian itu mengatakana bahwa itu adalah pembunuhan berdarah dingin gaya eksekusi.
Gadis Palestina yang tidak bersenjata itu dilaporkan berdiri beberapa meter dari polisi ketika mereka bergantian menembaknya, dan membunuhnya di tempat.
Rekaman kejadian menunjukkan bahwa wanita itu bisa ditangkap dengan mudah.
Pejabat Otoritas Palestina (PA) Saeb Erikat menuding “Israel” melakukan pembantaian terbuka terhadap warga sipil Palestina.
Dia mendesak masyarakat dunia untuk memberikan perlindungan bagi rakyat Palestina dari mesin perang brutal “Israel”.
Komentator sayap kanan “Israel” meminta pemerintah Benyamin Netanyahu untuk secara brutal dan tanpa ampun membasmi warga Palestina yang melakukan protes.
Sebelumnya, Netanyahu berjanji untuk mengambil tindakan kejam terhadap pelempar batu dan pengunjuk rasa lainnya, termasuk menghancurkan rumah-rumah mereka, memaksakan denda uang dalam jumlah yang cukup, serta dipenjara dalam jangka waktu yang lama.
Netanyahu menuduh gerakan Islam di “Israel”, Hamas dan Otoritas Palestina mengobarkan masalah dengan menghasut warga Palestina untuk melawan “Israel.”
Netanyahu lupa bahwa pemicu perlawanan di Palestina adalah provokasi “Israel” di Masjid Aqsa serta penindasan yang berlangsung puluhan tahun, dan represi “Israel” terhadap Palestina. Netanyahu berulang-ulang menuduh bahwa orang Palestina “membenci Yahudi.”
Hamas menolak tuduhan Netanyahu, dan mengatakan bahwa kebrutalan “Israel” dan tindakan provokasi yang berulang-ulang di Masjid Aqsa yang menjadi pemicu dari meletusnya perlawanan Palestina.
(ameera/arrahmah.com)