TEPI BARAT (Arrahmah.id) — Pejabat kesehatan Palestina mengatakan, pasukan Israel membunuh setidaknya sembilan warga Palestina termasuk seorang perempuan berusia 60 tahun dan melukai beberapa orang lainnya dalam penyerbuan di daerah pendudukan di Tepi Barat. Penyerbuan ini mengakibatkan hari paling mematikan dalam kerusuhan yang berlangsung selama berbulan-bulan.
Dilansir Daily Sabah (26/1/2023), pejabat kesehatan Palestina mengatakan kekerasan terjadi dalam operasi keras di perkemahan pengungsi Jenin. Sebuah kantong milisi di Tepi Barat yang menjadi fokus penyerbuan Israel selama hampir satu tahun terakhir.
Pertempuran terjadi beberapa pekan setelah pemerintahan ultrakanan Israel berjanji mengambil sikap keras terhadap Palestina dan memperluas pembangunan permukiman ilegal di daerah yang diharapkan menjadi bagian negara Palestina di masa depan.
Kekerasan juga terjadi beberapa hari sebelum Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken tiba di kawasan untuk mendorong perbaiki kehidupan masyarakat Palestina.
Militer Israel mengatakan, mereka menggelar operasi itu untuk menangkap kelompok Islam Jihad yang bermarkas di perkemahan pengungsi Jenin.
Baku tembak terjadi saat militer Israel berusaha menangkap militan yang berencana dan menggelar serangan ke orang-orang Israel.
Setidaknya satu orang yang tewas teridentifikasi sebagai salah satu anggota milisi Palestina.
Pada Kamis (26/1) Menteri Kesehatan Palestina May Al-Kaila mengatakan, paramedis kesulitan menjangkau orang-orang yang terluka dalam pertempuran. Ia juga menuduh militer Israel menembakan gas air mata ke bangsa anak di sebuah rumah sakit mengakibatkan anak-anak tercekik oleh asapnya.
Militer Israel belum memberikan komentar.
Rumah sakit Jenin mengidentifikasi satu perempuan yang tewas sebagai Magda Obaid. Sebelumnya Kementerian Kesehatan Palestina mengidentifkasi satu orang lainnya sebagai Saeb Azrigi yang dibawa ke rumah sakit dalam kondisi kritis akibat luka tembakan dan kemudian tewas.
Brigade Syahid Al-Aqsa, milisi bersenjata yang berafiliasi dengan Fatah mengklaim salah satu anggotanya Izz al-Din Salahat tewas. Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan setidaknya 20 orang terluka.
Juru bicara Otoritas Palestina Nabil Abu Rudeineh mengecam kekerasan tersebut. Ia mendesak komunitas internasional untuk mengecam kekerasan tersebut.
Gubernur Jenin Akram Rajub mengatakan, militer Israel mencegah tim medis untuk melakukan evakuasi para korban luka dan menembakan gas air mata ke arah rumah sakit pemerintah. Tembakan itu berdampak pada anak-anak dan mengganggu operasi.
“Kami meminta masyarakat internasional membantu Palestina melawan pemerintahan ekstremis sayap kanan dan melindungi warga kami,” katanya.
Ketegangan antara Israel dan Palestina meningkat pesat sejak Israel menggelar penyerbuan musim semi lalu. Setelah serangan acak Palestina menewaskan 19 orang, disusul gelombang serangan berikutnya yang mengakibatkan jumlah total korban menjadi 30 orang.
Serangan Kamis ini menambah korban dari pihak Palestina menjadi 29 orang. Hampir 150 orang Palestina tewas dibunuh tentara Israel tahun lalu. Kelompok hak asasi manusia B’Tselem tahun 2022 menjadi tahun mematikan bagi warga Palestina sejak 2004.
Israel mengklaim sebagian besar korban tewas merupakan anggota milisi. Tapi anak-anak muda yang memprotes penyerangan dan tidak terlibat dalam konfrontasi juga ikut terbunuh.
Israel mengatakan, penyerbuan mereka bertujuan untuk membongkar jaringan milisi dan mencegah serangan di masa depan. Palestina mengatakan serangan-serangan itu memperkuat pendudukan Israel yang sudah berlangsung selama 55 tahun.
Israel menduduki Tepi Barat, Yerusalem timur dan Jalur Gaza sejak tahun 1967. Palestina berharap tiga daerah itu dapat menjadi bagian negaranya di masa depan. (hanoum/arrahmah.id)