KAIRO (Arrahmah.com) – “Israel” akan mulai mengekspor gas alam ke Mesir dalam waktu beberapa bulan, Menteri Energi Yuval Steinitz mengatakan pada Senin (14/1/2019), lansir Reuters.
Steinitz tidak memberikan target spesifik untuk ekspor awal, tetapi mengatakan pengiriman akan berlipat ganda setelah lapangan besar Leviathan di Mediterania timur sepenuhnya siap pada November.
Steinitz mengatakan ekspor “Israel” ke Mesir diperkirakan akan mencapai 7 miliar meter kubik per tahun selama 10 tahun. Sekitar setengah ekspor diharapkan akan digunakan untuk pasar domestik Mesir dan setengahnya akan dicairkan untuk diekspor kembali, katanya.
“Israel” telah menemukan sejumlah besar gas sejak awal 2000-an, menandatangani kesepakatan untuk mengekspor ke Mesir dan Yordania. Produksinya, saat ini sekitar 10,5 miliar meter kubik (bcm), diperkirakan akan berlipat ganda pada tahun 2020, naik menjadi 27 bcm pada tahun 2021.
Dalam sebuah wawancara di sela-sela forum gas regional di Kairo, Steinitz mengatakan “Israel” dan Mesir telah membahas bagaimana memperluas kerja sama tentang gas alam, termasuk melalui ekspor.
Dia juga mengatakan “Israel” berharap untuk menandatangani kesepakatan untuk pembangunan pipa East Med 2.000 kilometer (1.243 mil), yang akan menyeberang dari “Israel” dan Siprus ke Yunani dan Italia, “dalam waktu beberapa pekan”.
“‘Israel’ mengekspor gas alam ke dunia Arab dan juga ke Eropa – ini adalah sesuatu yang terdengar seperti mimpi atau fantasi ketika 10 atau 15 tahun yang lalu,” kata Steinitz, menteri energi pertama yang mengunjungi Mesir sejak pemberontakan 2011 di sana.
Ekspor dari “Israel” ke Mesir akan dilakukan berdasarkan kesepakatan ekspor gas alam senilai $ 15 miliar yang diumumkan pada Februari 2018. Pada September, perusahaan-perusahaan “Israel” dan Mesir membeli 39 persen saham dalam pipa EMG, membuka jalan bagi kesepakatan untuk memulai.
Mitra di ladang gas lepas pantai Tamar dan Leviathan “Israel” mengatakan mereka akan memasok sekitar 64 miliar meter kubik gas perusahaan swasta Mesir, Dolphinus Holdings, selama satu dekade sebagai bagian dari kesepakatan.
Perjanjian tersebut telah menimbulkan kontroversi di Mesir, yang sampai beberapa tahun yang lalu mengekspor gas ke “Israel”.
Mesir berharap untuk memanfaatkan lokasi strategisnya menjembatani Afrika dan Asia dan infrastrukturnya yang berkembang dengan baik untuk menjadi pusat perdagangan dan distribusi utama gas di kawasan dan sekitarnya.
Ia telah membuat serangkaian penemuan besar dalam beberapa tahun terakhir, termasuk Zohr, ladang gas terbesar di Mediterania, tetapi juga perlu memenuhi permintaan domestik yang meningkat pesat.
(fath/arrahmah.com)