“Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya di malam hari dari Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, untuk Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan) Kami. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui…” (QS Al-Isra : 1)
Palestina, Negeri Yang Diberkahi
Isra adalah perjalanan menakjubkan di malam hari, yang dimulai dari Al Masjidil Haram hingga Al Masjidul Aqsha di Jerusalem, Palestina. Mi’raj adalah perjalanan sesudah Isra, naik ke tujuh petala langit hingga tiba di Mustawa, suatu tempat yang tidak dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan manusia dan tidak diketahui hakikatnya oleh siapa pun juga selain beliau (Rosulullah SAW) sendiri. Setelah itu beliau kembali lagi ke Masjidil Haram di Mekkah.
Mengapa perjalanan Isra itu harus ke Baitul Maqdis terlebih dahulu ? Mengapa Mi’raj tidak dimulai dari Baitul Haram di Mekkah dan langsung ke Sidratul Muntaha ?
Muhammad Al Ghazaliy dalam bukunya Fiqhus Sirah menjawab pertanyaan di atas. Menurutnya sedari dahulu kenabian selalu berada di lingkungan Bani Israil, dan Baitul Maqdis (Masjid Al Aqsha) selalu menjadi tempat turunnya wahyul Ilahi, menjadi sumber cahaya yang menerangi ummat manusia di muka bumi dan menjadi kawasan tanah-air bagi rakyat pilihan Allah.
Kemudian orang-orang Yahudi mengobrak-abrik kemuliaan wahyu Ilahi dan menginjak-injak hukum Allah, mereka terkena kutukan Allah dan sejak saat itu kenabian bergeser dari lingkungan mereka untuk selama-lamanya. Wahyu terakhir akhirnya diturunkan kepada Muhammad SAW tidak lagi di wilayah Masjid Al Aqsha melainkan di tanah Makkah, dan bukan lagi dari keturunan Bani Israil melainkan dari keturunan Nabi Ismail a.s.
Yahudi tentu saja tidak senang dengan keputusan ini dan marah serta langsung mengingkari kenabian Muhammad SAW sebagaimana firman-Nya :
“Alangkah buruknya (perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan mengingkari apa yang telah diturunkan Allah karena dengki terhadap turunnya karunia Allah kepada siapa saja di antara hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya. Karena itulah mereka mendapat murka berlipatganda. Dan bagi orang-orang kafir (disediakan) adzab siksa yang menghinakan.” (QS Al Baqarah : 90)
Sikap bangsa Yahudi tetap tidak menghalangi kehendak Allah mengutus seorang Nabi dari lingkungan bangsa Arab untuk mewarisi ajaran agama Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq, dan Ya’qub.a.s. Nabi yang diutus itu berjuang untuk menyebarkan agama dan menghimpun segenap ummat manusia di sekitar ajarannya, yakni Islam. Beliau akhirnya menjadi Nabi penuutup yang menghubungkan masa kini dan masa silam dan memadukan kesemuanya itu menjadi hakikat kebenaran yang satu. Beliau memandang Masjidul Aqsha sebagai tampat suci ketiga di dalam Islam. Ke sanalah beliau menuju dalam perjalanan Isra-nya agar menjadi bukti betapa besarnya penghormatan beliau kepada ajaran iman yang pada zaman lampau turun di sekitar tempat itu, Baitul Maqdis, Jerusalem di Palestina, sebuah negeri yang diberkahi!
Dalam sebuah hadits shahih diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW mengimami para nabi dan rasul terdahulu dalam shalat jama’ah dua rakaat di Masjidul Aqsha. Hal ini merupakan pengakuan yang jelas bahwa Islam adalah agama terakhir yang diamanatkan kepada manusia, dan diemban amanatnya oleh nabi terakhir, penutup para nabi, yaitu Muhammad SAW.
Masjidil Aqsha, Riwayatmu Kini
Bagi kaum Muslimin, menjadi jelas bagaimana posisi dan kesejarahan Masjdil Aqsha di bumi Palestina. Masjidul Aqsha adalah tempat suci kaum Muslimin, arah kiblat pertama sebelum Mekkah, dan tempat bersejarah bagi umat Islam yakni tempat Isra Nabi Muhammad SAW sebelum akhirnya Mi’raj ke langit ketujuh.
Sayangnya pada hari ini, tempat suci tersebut, Masjidul Aqsha, di Jerusalem, Palestina, kembali diobrak-abrik, kembali dinistakan oleh sebuah kaum yang memiliki kedengkian abadi kepada kaum Muslimin, yakni kaum Yahudi. Kekejaman yahudi telah melampaui batas-batas kemanusiaan dan menginjak-injak kesucian Masjid Al Aqsha dan wilayah sekitarnya yang telah diberkahi oleh Allah SWT. Pelbagai fakta tentang masalah itu kita saksikan sehari-hari dan belum berhenti hingga detik ini.
Sejarah kejam pendudukan kaum Yahudi, Zionis Israel kepada kaum Muslimin telah berlangsung sejak tahun 1967. Dimulai dengan pengusiran kaum muslimin, pengrusakan rumah-rumah, masjid-masjid, terutama masjidil Aqso, tempat Nabi Muhammad SAW melakukan Isra. Bahkan saat ini, kaum yang dilaknat Allah SWT tersebut sedang gencar-gencarnya melakukan penggalian tepat di bawah masjid Al-Aqso untuk mencari Haikal Sulaiman, tempat suci mereka.
Masjid-masjid yang dirusak di Palestina oleh kaum terlaknat Yahudi tidak hanya masjid suci Al-Quds, tapi juga masjid at-Thobariyyah, dan masjid Umar bin Khattab yang diubah menjadi sinagog mereka. Sementara itu, masjid At-Thobariyah mereka bakar. Di tempat suci itu, kaum Yahudi, Zionis Israel, laknatullah alaihim mengatakan : “Allah Fakir dan kami kaya”. Dan mereka juga berkata : “Tangan Allah Terbelenggu”. Sungguh suatu kaum yang sangat membangkang dan berani melawan Allah swt.
Palestina Menjerit, Apa yang Kita Lakukan ?
Masjidil Aqsha, tempat Isra Nabi Muhammad SAW saat ini terancam punah oleh aksi brutal kaum laknat Yahudi. Masjidil Aqsha adalah tempat suci kaum Muslimin, kiblat pertama mereka. Akankah kita diam saja melihat semua itu terjadi ? Akankah kita hanya memperingati dari tahun ke tahun perayaan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW di masjid-masjid dan surau-surau ? Sementara di sana tangis dan jeritan para ibu dan anak-anak tiada henti terdengar akibat disiksa dan dianiaya yahudi laknatullah. Apakah kita masih sanggup meyaksikan penderitaan mereka yang setiap harinya diusir, dibunuh, diperkosa oleh tentara-tentara laknat, agresor, zionis yahudi Israel ?
Dahulu Nabi Muhammad SAW memuliakan Masjidil Aqsha dan Palestina. Para sahabat kemudian membebaskannya dan menjadikannya sebagai wilayah Islam. Kini Palestina terjajah dan didzolimi. Lalu apa yang sudah kita persiapkan untuk membebaskan tanah suci Palestina?
Syekhul Jihad, Abdullah Azzam mengatakan bahwa kemuliaan Palestina tidak mungkin kembali hanya dengan ucapan-ucapan saja. Apakah mereka bisa mengembalikan sejengkal saja dari tanah Palestina?. Sesungguhnya dien Allah (Islam) tidak akan menang hanya dengan omong kosong belaka, dan negeri-negeri Islam juga tidak akan terjaga hanya dengan pantun, lagu dan syair serta lainnya.
Syekh Usamah bin Ladin mengatakan ucapannya yang masyhur bahwa Amerika tidak akan pernah memimpikan keamanan hingga kami benar-benar merasakannya di Palestina. Begitu pula Syekh Aiman Az Zawahiri, orang dekat beliau, menaruh perhatian yang sangat besar terhadap Palestina dengan mengeluarkan pesan dengan judul “Palestina merupakan urusan kita dan urusan setiap muslim”.
Sementara itu, Syekh Abu Mush’ab Az Zarqawi (semoga Allah merahmatinya) juga pernah mengatakan ucapan masyhur bahwa : “Sesungguhnya kami berperang di Irak sementara mata kami tertuju ke Baitul Maqdis”.
Lihatlah, betapa masalah Palestina telah menjadi masalah seluruh kaum Muslimin yang masih ada setitik iman dan ghiroh Islam dalam dadanya. Masalah ini tidak bisa dijadikan masalah lokal, hanya khusus rakyat Palestina saja, tetapi harus menjadi masalah global, seluruh ummat Islam sedunia. Kewajiban kaum Muslimin untuk membebaskan tanah kaum Muslimin di Palestina, tempat Masjidil Aqsha, tempat Isra Nabi Muhammad SAW.
Jihad, Solusi Tunggal Membebaskan Palestina
Siapapun yang melihat dan menyaksikan kondisi Palestina, Masjidil Aqsha, tempat Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW, saat ini, pasti akan bersedih. Agresi dari penjajah kaum terlaknat,yahudi laknatullah, terjadi setiap hari di bumi yang diberkahi tersebut. Kondisi Palestina yang seperti itu telah mewajibkan jihad bagi seluruh kaum muslimin.
Syaikhul Islam dan pelopor jihad abad modern, Dr. Abdullah Azzam dalam bukunya Ad-Difa’ An Aradli al-Muslimin Ahamu Furudl al-A’yan, atau Jihad Membela Negeri Kaum Muslimin, telah mewajibkan jihad atas segenap kaum muslimin di mana pun mereka berada.
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian bertemu dengan orang-orang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kalian membelakangi mereka (mundur). Barang siapa yang membelakangi mereka (mundur) pada waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak bergabung dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Alloh, dan tempatnya adalah Neraka Jahannam dan amat buruklah tempat kembalinya.” (QS Al-Anfal : 15-16)
Di Palestina, dua pasukan telah bertemu. Satunya pasukan kuffar yahudi Israel dan satunya lagi adalah pasukan kaum Muslimin Palestina. Selain itu, zionis yahudi Israel, sebagai musuh sudah sejak tahun 1947 menyerang dan menduduki wilayah kaum muslimin dan mereka terus memperluas daerah jajahan mereka dengan membangun pemukiman-pemukinan baru. Maka, wajib atas seluruh kaum muslimin, khususnya kaum muslimin yang ada di wilayah Palestina untuk mengangkat senjata dan berjihad melawan kuffar yahudi Israel dan tidak menempuh cara-cara lain yang tidak disyari’atkan oleh Islam.
Fakta lain menunjukkan, dimana pun mujahidin berjihad, sesungguhnya mata mereka tertuju ke bumi Palestina. Hati mereka terpaut dan rindu untuk membebaskan Palestina. Itulah kenyataan yang menunjukkan bahwa bumi Palestina, bumi Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW, adalah tujuan akhir dari jihad global yang dilakukan oleh kaum Muslimin.
Syekh Aiman Az Zawahiri dalam sebuah wawancara dengan As Sahab Media menyatakan :
“Oleh karena ini saya ingatkan kepada setiap orang yang merdeka dan terhormat di Palestina agar tidak membantu menjual Palestina dan tidak membantu menyerahkannya kepada yahudi ataupun berkompromi dengan mereka, meskipun hanya sebutir pasir. Saya juga tujukan (peringatan saya) kepada setiap orang yang telah masuk dalam organisasi sekuler yang berpaling menjauh dari syariat dan menyerahkan sebagian besar Palestina, dan setuju dengan solusi setan barat dan timur. Saya tujukan kepada mereka dan saya katakan : Kembalilah kalian kepada kebenaran, kepada jalan Islam dan jihad, berdirilah kalian bersama umat muslim di bawah panji tauhid melawan invasi baru salibis-zionis. Jika kita tidak menyadari bahwa Palestina bukanlah pusat peperangan antara salibis melawan Islam, maka kita tidak akan menyadari sesuatupun. Yakinlah kalian dengan Rabb kalian Sang Pencipta, Pemberi Rizki, Maha Kuat dan Maha Perkasa. Dan ketahuilah bahwa organisasi-organisasi tersebut “tidak kuasa untuk (menolak) sesuatu kemudharatan dari dirinya dan tidak (pula untuk mengambil) suatu kemanfaatanpun dan (juga) tidak kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan.” (Al-Furqan: 3). Lalu bagaimana mungkin mereka dapat melakukan segala sesuatu untuk kalian?”
Beliau dalam renungannya tahun 1427 H juga menghimbau agar kaum Muslimin di Palestina tetap berjuang dalam jihad mengusir agresor Israel dan meninggalkan seruan-seruan nasionalisme. Syekh Aiman menasihati Fatah agar meninggalkan seruan nasionalis sekular dan memurnikan perjuangan mereka, yakni jihad fie sabilillah. Beliau tidak menyeru Fatah agar bergabung kepada Hammas, Jihad Islam, atau pun Al Qaeda, tetapi beliau menyeru Fatah agar kembali kepada Islam, supaya mereka berperang untuk tujuan mendirikan Daulah Islam di wilayah Palestina, bukan untuk mendirikan negara sekuler yang dipaksakan oleh Amerika di beberapa potong wilayah Palestina.
Syekh Aiman juga menyeru kepada saudara-saudara kita di Palestina, saudara-saudara dalam jihad, dalam ribath, dan dalam istisyhad. Menurut beliau tidak mungkin ada kemerdekaan atau pemerintahan berdaulat kecuali jika kita membebaskan Palestina dari Yahudi dan antek-antek mereka, dan kemudian kita mendirikan pemerintahan yang menjalankan syariat Allah SWT . Maka beliau pun mengajak semua rakyat Palestina agar semuanya kembali kepada Islam, dan bergabung dalam barisan mujahidin untuk jihad fie sabilillah melawan serangan bangsa salib paling dahsyat sepanjang sejarah. Beliau mengulang himbauannya dengan mengatakan bahwasanya mereka tidak akan mendapatkan kemuliaan kecuali di dalam Islam, dan kecuali dengan jihad!
Khatimah
Wahai Kaum Muslimin…!
Sadarlah akan masalah yang luar biasa penting ini. Jadikan momen peringatan Isra dan Mi’raj kali ini sebagai momen pembebasan Palestina. Paling tidak, momen pembebasan dari pemahaman yang salah yang selama ini diyakini oleh sebagian besar kaum Muslimin tentang masalah Palestina. Hendaknya peringatan Isra dan Mi’raj kali ini bisa mengembalikan pemahaman yang shahih kepada kaum Muslimin, yakni pemahaman bahwa malasah pembebasan Palestina adalah masalah seluruh umat Islam sedunia dan satu-satunya solusi untuk membebaskan tanah suci Palestina hanyalah dengan jihad fie Sabilillah. Bukan yang lain!
Pemahaman akan permasalahan ini hendaknya juga menjadi pengetahuan seluruh kaum Muslimin, sehingga mereka siap dan rela untuk membantu saudara-saudara Muslim yang ada di Palestina.
Selain itu, untuk membebaskan Palestina, banyak bantuan yang bisa kita lakukan, semampu dan sekuat kemampuan yang ada pada kita. Minimal, dengan berdoa. Jangan pernah lupa akan dahsyatnya kekuatan doa, bahkan jangan pernah menganggap remeh kekuatan doa tersebut. Kita bisa mendoakan agar mujahidin di Palestina mendapatkan pertolongan dari Allah SWT dan dapat segera mengusir penjajah yahudi laknatullah dan membebaskan tanah Palestina dan Masjidil Aqsha. Insya Allah!
Wallahu’alam bis showab!
Source : almuhajirun.net