PM Palestina Ismail Haniyah, dalam pidatonya di hadapan anggota Parlemen Palestina di Ghaza, memaparkan program pemerintahannya soal berdirinya negara Palestina yang merdeka. Dalam kesempatan itu Haniyah mengatakan, ia akan berupaya mendirikan negara Palestina merdeka di seluruh tanah Palestina sebelum perampasan Israel tahun 1967.
Namun begitu, program pemerintahan yang diajukan Haniyah tetap tidak memuat soal pengakuan terhadap eksistensi Israel, seperti yang diduga sebelumnya. Haniyah hanya mengisyaratkan soal berdirinya negara Palestina di atas perbatasan 1967 saja. Sejumlah pengamat Palestina asal Barat menafsirkan pidato Haniyah itu sebagai pengakuan tersembunyi terhadap Israel dan upaya menggabungkan antara pemerintah koalisi nasional yang harus memenuhi salah satu syarat penting soal pengakuan terhadap eksistensi Israel dari negara kwartet (PBB, AS, Rusia dan UE).
Yang mengejutkan pengamat Barat, dalam pandangan umumnya di awal sidang Haniyah justru menegaskan soal “hak perlawanan” untuk mengusir pendudukan Israel tapi ia dalam waktu yang sama akan berusaha merumuskan sejumlah kesepakatan yang lebih luas dengan Israel. “Pemerintah Palestina menegaskan bahwa perlawanan merupakan hak yang sah dilakukan rakyat Palestina dan mendapat restu dari beragam dokumen internasional. Pemerintah juga menegaskan bahwa rakyat kami memiliki hak memperthankan diri di hadapan perang apapun yang dilakukan Israel dan memandang bahwa menghentikan perlawanan harus dibarengi dengan penyudahan pendudukan serta pemberian kebebasan, hak kembali dan kemerdekaan yang utuh,” begitu ucap Haniyah dalam pidatonya.
Haniyah menolak sebutan Israel yang menuding pemerintahannya sebagai pemerintahan teroris yang harus diboikot secara internasional. Seperti diketahui, menurut Maere Eisen, Jubir PM Israel Ehud Olmert,”Langkah-langkah politik yang kita saksikan di pagi ini, secara khusus apa yang terkait dengan pola berdirinya negara Palestina melalui perlawanan senjata. Sedangkan perlawanan senjata itu adalah teroris yang tidak bisa diperdebatkan lagi. ” Ia menambahkan,”Kami tidak akan berinteraksi dengan pemerintahan yang tidak mengakui eksistensi kami dan tidak mengakui kesepakatan yang pernah ditandatangani oleh pemerintah sebelumnya. Yang paling penting kami tidak akan mengakui terorisme dalam bentuk apapun. ”
Pernyataan Israel memang aneh. Lantaran yang banyak melakukan tindak terorisme dengan membunuh ratusan ribu orang Palestina, adalah justru Zionis Israel sendiri. (na-str/iol)