GAZA (Arrahmah.id) –Gerakan Perlawanan Islam Hamas mengumumkan bahwa pemimpin mereka, Ismail Barhoum, anggota Biro Politik dan tokoh senior perlawanan di Gaza, gugur akibat serangan “Israel” yang menargetkan salah satu bagian Rumah Sakit Nasser di Kota Khan Younis, selatan Jalur Gaza.
Dalam pernyataan resminya, Hamas menyatakan bahwa Barhoum “gugur sebagai syahid akibat kejahatan pembunuhan pengecut oleh Zionis”, yang menargetkannya saat menerima perawatan di rumah sakit.
Hamas menegaskan bahwa serangan terhadap Barhoum adalah bukti nyata kebrutalan pendudukan yang mengabaikan semua hukum internasional dan terus melanjutkan kebijakan pembantaian sistematis terhadap rakyat Palestina dan pemimpinnya.

Serangan Brutal di Rumah Sakit
Kementerian Kesehatan Gaza mengonfirmasi bahwa serangan udara “Israel” menghantam gedung bedah di Rumah Sakit Nasser, tempat banyak pasien dan korban luka dirawat.
Jurnalis Al Jazeera, Rami Abu Taima, yang sedang melaporkan langsung evakuasi korban, menangkap momen ketika rudal menghantam rumah sakit, menyebabkan kebakaran hebat di lantai dua.
Sementara itu, Direktur Kompleks Medis Nasser, Atif Al-Hout, menyatakan bahwa bagian bedah rumah sakit kini total lumpuh, kehilangan 35 tempat tidur perawatan, yang semakin memperburuk krisis kesehatan di Gaza.
Korban Jiwa Kian Bertambah
Serangan kejam “Israel” terus merenggut nyawa warga Palestina. Lebih dari 50 orang tewas dalam serangan udara pada Minggu, menambah jumlah syuhada sejak Oktober 2023 menjadi lebih dari 50.000 jiwa.
Sumber lokal melaporkan bahwa lima warga Palestina gugur dalam serangan yang menghantam Kompleks Medis Nasser.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, jumlah korban tewas akibat genosida “Israel” kini mencapai 50.021 jiwa, dengan 113.274 orang terluka. Di antara mereka, 15.613 adalah anak-anak, termasuk 872 bayi yang belum genap satu tahun.
Lebih dari 25.000 korban luka membutuhkan rehabilitasi jangka panjang, dan 4.700 orang harus menjalani amputasi—850 di antaranya adalah anak-anak.
Blokade dan Krisis Kemanusiaan
Situasi di Gaza semakin memburuk akibat blokade total yang diberlakukan “Israel”. Sistem kesehatan berada di ambang kehancuran, dengan rumah sakit tak mampu menangani jumlah korban yang terus meningkat akibat kekurangan obat-obatan dan alat medis.
Di Rafah, pasukan pendudukan mengepung warga di Tel Al-Sultan, memasang pos pemeriksaan untuk menekan para pengungsi yang telah diperintahkan untuk meninggalkan wilayah tersebut. Tim medis dan pertahanan sipil yang berusaha menolong korban juga dikepung, hingga komunikasi dengan mereka terputus.
Dokter Abu Safiya Disiksa di Penjara “Israel”
Pengacara Ghaid Qasem mengungkapkan bahwa Dr. Hussam Abu Safiya, direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, mengalami pemukulan brutal berulang kali di dalam penjara “Israel”, menyebabkan luka serius.
Ia ditangkap pada Desember 2024 setelah pasukan pendudukan menyerbu rumah sakitnya, menghancurkannya, dan menyeretnya keluar di bawah todongan senjata.
Saat ini, lebih dari 9.500 warga Palestina dipenjara oleh “Israel”, termasuk anak-anak dan perempuan. Mereka mengalami penyiksaan, kelaparan, dan kelalaian medis yang telah merenggut nyawa banyak tahanan.
Genosida Berlanjut di Gaza
Selasa dini hari lalu, “Israel” melancarkan gelombang serangan udara besar-besaran, menghantam berbagai wilayah Gaza, termasuk kamp-kamp pengungsian.
Sejak lebih dari 17 bulan terakhir, “Israel” telah melakukan genosida di Gaza, menewaskan lebih dari 163.000 warga Palestina, sebagian besar anak-anak dan perempuan, serta menyebabkan lebih dari 14.000 orang hilang.
(Samirmusa/arrahmah.id)