AUSTRALIA (Arrahmah.com) – Sebuah kampanye stiker baru yang menghubung-hubungkan makanan halal dengan terorisme telah memancing kemarahan Muslim Australia, lansir Muslims Today pada Kamis (25/7/2013).
Komunitas Muslim Australia menduga kelompok sayap-kanan anti-Islam sebagai pelaku yang menyebarkan kesalahpahaman tak mendasar tentang Islam ini.
“Kami tidak bisa berkata-kata, apa yang [bisa] kami katakan tentang hal ini,” kata Presiden Dewan Islam Queensland Mohammed Yusuf kepada 7News pada Rabu (24/7).
Konsep makanan halal digunakan untuk menyerang Islam. Padahal yang menggunakan istilah Halal untuk makanan bukan hanya umat Islam.
“Ada begitu banyak kesalahpahaman tentang Halal … Ini hanyalah hal sederhana untuk memenuhi hak-hak agama kami, seperti halnya komunitas Yahudi.”
Muslim Australia telah dikagetkan dengan penemuan stoples kopi dengan segel yang dirusak di supermarket Woolworths di Underwood, selatan Brisbane, awal bulan ini.
Stoples itu telah diberi stiker yang menyatakan “Waspadalah! Makanan halal mendanai teroris”.
Setelah diselidiki, ternyata stiker-stiker sejenis itu dijual oleh Restore Australia. CEO Restore Australia sendiri adalah Mike Holt yang merupakan calon yang mewakili Partai One Nation untuk federal kursi Fairfax.
Holt, yang ikut mendirikan organisasi itu, mengklaim di situs web perusahaan tersebut bahwa Restore Australia adalah organisasi non-politik yang ingin mengembalikan kekuasaan kepada rakyat.
Dia mengklaim bahwa bahwa umat Islam “memaksa pajak Halal pada kami” melalui sertifikasi [Halal] yang mengumpulkan uang untuk terorisme.
“Rakyat Australia harus dapat memilih dalam referendum mengenai apakah kita mau membayar pajak Halal atau tidak,” menurut situs Restore Australia.
“Tempel stiker anti-Halal di mana-mana dan bantu beritahu warga Australia tentang serangan [Islam] yang bergerak perlahan-lahan pada pasokan makanan kita.”
Penyelidikan polisi berakhir dengan penangkapan seorang wanita Kingston berusia 27 tahun yang akan menghadapi Pengadilan Magistrat Beenleigh pada Jumat (26/7) besok dengan dakwaan telah mengkontaminasi produk.
Setelah penangkapannya, Restore Australia malah memposting banding di Facebook menanyakan nama pengacara yang bisa membantu membebaskannya.
“Nestle telah memutuskan untuk melawan kampanye stiker anti-halal kita dengan menangkap seorang gadis berusia 19 tahun di Brisbane karena merusak produk. Menyatakan bahwa ia menempel stiker anti-Halal di salah satu stoples kopi mereka dan kemudian membukanya,” klaim Restore Australia.
“Alih-alih melakukan hal yang benar dan menghentikan penjualan [produk] Islam pada kita, mereka malah memutuskan untuk menangkap seorang wanita muda dan membawanya ke pengadilan.”
Dewan Islam Queensland menolak klaim itu. Menurut Dewan Islam Queensland, klaim bahwa penjualan makanan Halal mendanai terorisme itu tak memiliki dasar.
Dewan Islam Queensland mengumumkan mereka akan mempertimbangkan untuk melihat tindakan apa yang akan mereka ambil.
“Kami melakukan yang terbaik untuk membuat orang memahami proses ini … bagaimanapun orang-orang sedang mencoba untuk mendapatkan keuntungan politis dari ini dan berusaha untuk mengobarkan masalah pada saat pemilu,” kata Yusuf.
“(Saya) benar-benar mengutuk itu dalam artian sangat tidak pantas membuat pernyataan semacam itu di mana pernyataan-pernyataan itu tidak benar … Uang yang diperoleh dari produk Halal adalah pendanaan terorisme merupakan pernyataan yang benar-benar tak mendasar,” tambahnya.
Muslim, yang telah berada di Australia selama lebih dari 200 tahun, membentuk 1,7 persen dari 20 juta penduduknya. Islam adalah agama terbesar kedua di negara itu setelah Kristen.
Konsep halal – yang berarti diijinkan dalam bahasa Arab – secara tradisional telah diterapkan untuk makanan.
Muslim hanya diperbolehkan memakan daging ternak halal yang lehernya dipotong menggunakan pisau tajam, dengan menyebut nama Allah.
Muslim menjauhi larangan Allah dengan tidak memakan makanan haram seperti daging babi yang telah terbukti kotor dan tidak sehat untuk dimakan. (banan/arrahmah.com)