EROPA (Arrahmah.com) – Saat retorika anti-imigran dan anti-Islam mulai mendominasi politik Eropa dengan meningkatnya politik sayap kanan di seluruh Eropa, laporan tahunan oleh Laporan Islamofobia Eropa (EIR) telah mengungkapkan bahwa
Islamofobia menjadi ancaman nyata bagi tatanan sosial, perdamaian sosial dan hidup berdampingan secara damai di seluruh Eropa.
Temuan dari laporan jelas menunjukkan bahwa tingkat Islamofobia di bidang pendidikan, pekerjaan, media, politik, sistem peradilan dan internet terus meningkat. Menekankan bahwa hak demokrasi dan hak asasi manusia di Eropa mengalami penurunan, laporan ini juga menunjukkan bahwa Islamofobia telah menjadi masalah yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari kaum Muslim di seluruh Eropa.
“Ini [Islamofobia] telah melampaui tingkat permusuhan retorika dan menjadi permusuhan fisik yang dirasakan oleh Muslim dalam kehidupan sehari-hari baik itu di sekolah, tempat kerja, Masjid, angkutan umum atau di jalan,” tulis laporan seperti
dilansir Daily Sabah pada Rabu (22/3/2017).
Laporan mencakup insiden dan perkembangannya di tahun 2016 seperti gejolak di Eropa menyusul krisis pengungsi, munculnya partai-partai politik sayap kanan dan keputusan Inggris untuk meninggalkan Uni eropa, menekankan bahwa meskipun
keberhasilan kecil telah disaksikan di beberapa wilayah di Eropa dalam memerangi Islamofobia, namun ada tantangan besar yang terbentang di depan untuk memperkuat nilai-nilai hak asasi manusia dan kebebasan beragama di Eropa.
Laporan juga membandingkan temuan survei serupa di topik iin.
Menurut temuan yayasan SETA, Muslim dipandang sebagai musuh di Eropa. Ada konsensus luas di masyarakat Barat bahwa ummat Islam tidak dipandang sebagai warga negara yang sama. Mereka diperlakukan sebagai orang lain.
Segmen masyarakat yang menunjukkan kecenderungan Islamofobia tidak hanya terbatas pada pekerja miskin dan kelas menengah, tetapi juga kaum elit berpendidikan tinggi.
“Rasisme, termasuk Islamofobia, memberitahu kami lebih banyak tentang mentalitas rasis,” ujar laporan.
Menurut temuan, ketika ada insiden diskriminasi, kejahatan kebencian, sejumlah mekanisme respon yang berbeda tersedia. Namun, tak satu pun akrab bagi sebagian besar warga Muslim di negara-negara Eropa. Dengan demikian, laporan tersebut
merekomendasikan bahwa mekanisme respon harus dibuat lebih banyak, mudah diakses dan jelas.
Laporan juga mencakup rekomendasi untuk negara-negara Eropa mengenai pembuatan kebijakan, seperti meningkatkan kesadaran dalam masyarakat sipil mengenai masalah Islamofobia dan rasisme serta mendesak para politisi untuk berbicara menentang Islamofobia.
“Eropa membutuhkan politisi lebih berani yang tidak hanya menentang partai populis sayap kanan, tetapai juga menentang rasisme yang dilembagakan yang menargetkan Muslim di tempat kerja, pendidikan, birokrasi negara dan media,” jelas laporan.
Laporan juga menyerukan wartawan dan para editor media untuk merubah pelaporan Islamofobia di media mereka dan memberikan ruang untuk tampilan yang lebih seimbang. (haninmazaya/arrahmah.com)