PARIS (Arrahmah.com) – Tindakan Anti–Muslim telah mencapai rekor yang tinggi pada trimester pertama 2015, menurut Kepala Observatorium Nasional Perancis melawan Islamophobia.
Abdallah Zekri, kepala Observatorium itu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tindakan anti–Muslim meningkat 500 persen, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2011.
“Sejak berdirinya Observatorium itu pada tahun 2011 tidak pernah mencatat adanya aksi Islamofobia seperti tindakan atau ancaman, terutama pada jaringan sosial,” kata Zekri, sebagaimana dilansir oleh World Bulletin, Sabtu (18/4/2015).
Zekri menyatakan bahwa tercatat ada 222 tindakan anti–Muslim selama kuartal pertama 2015, (56 serangan dan 166 ancaman) dibandingkan dengan total 37 aksi anti-Islam pada tahun 2014, dimana hal ini merupakan kenaikan sebesar 500 persen, kata Zekri.
Zekri menambahkan bahwa jumlah aksi anti–Muslim pada Januari 2015 mencapai 178.
Dia menjelaskan bahwa meningkatnya aksi anti-Islam ini terutama karena serangan terhadap kantor majalah satir Perancis Charlie Hebdo pada 7 Januari, disusul dengan situasi penyanderaan di sebuah supermarket halal dua hari kemudian, yang menyebabkan total 17 orang meninggal.
“Namun, kejahatan-kejahatan mengerikan dan menakutkan itu tidak dapat membenarkan dalam keadaan apa pun adanya peningkatan kebencian atau dendam yang drastis terhadap Muslim di Perancis,” tegas Zekri.
“Mereka (Muslim Perancis) tidak bertanggung jawab atau bersalah melakukan aksi-aksi yang menghancurkan negara itu,” tambahnya.
Zekri mengatakan bahwa serangan islamophian itu diantaranya yaitu menargetkan pria dan wanita Muslim, umumnya di tempat-tempat umum dan transportasi, dan dalam beberapa kasus juga terjadi pada ibu hamil.
Dia juga mengatakan bahwa dalam kasus-kasus tertentu, serangan Islamophobia itu juga terutama menargetkan tempat-tempat ibadah, dengan menggunakan granat dan senjata api.
“Apakah motto Republik ‘Liberty, Equality, Fraternity‘ masuk akal? Sayangnya, ini masih menjadi pertanyaan,” tambah Zeki.
Zekri lebih lanjut menuding para pemimpin politik yang tetap diam dalam menghadapi seperti aksi anti–Muslim yang semakin meningkat.
“Semua ini terjadi tanpa reaksi dari politisi, yang bukannya mencela, tapi malah mencoba untuk mencari alasan,” katanya.
(ameera/arrahmah.com)