KOPENHAGEN (Arrahmah.com) – Islamofobia dan rasisme tampak semakin meningkat di Denmark, di mana orang asing akan kesulitan untuk mendapatkan kesetaraan, ujar seorang pejabat pada Senin (22/6/2020).
Pernille Skipper, seorang juru bicara sayap kiri Aliansi Merah-Hijau berbicara di parlemen mengenai rasisme dan Islamofobia yang semakin meningkat di negara tersebut.
“Ada sesuatu yang harus dibicarakan di mimbar ini. Ya, dengan jelas saya ucapkan ada rasisme di negara ini,” katanya, sebagaimana dilansir Anadolu Agency.
Dia juga menambahkan bahwa orang-orang non-kulit putih terlihat lebih sial dan lebih banyak menghadapi ketimpangan dibandingkan mereka yang berkulit putih.
Skipper juga mengatakan bahwa orang-orang yang memiliki nama Arab akan kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan, sedangkan orang-orang berkulit hitam akan dihentikan dan digeledah jika berpapasan dengan polisi.
Menurutnya, parlemen semakin memperkeruh keadaan bukan mencari solusi atas permasalahan ini. Dia juga mengungkapkan bahwa orang-orang dalam parlemen yang telah dipilih oleh negara menyetujui rasisme dalam kehidupan sehari-hari, dengan mengatakan bahwa “Muslim memang seperti ini”.
“Rasisme akan tetap tumbuh subur dan mendapat dukungan jika hukuman dan sanksi politik selalu ditujukan kepada para imigran,” ucapnya menekankan.
Politisi sayap kanan, Pia Kjaersgaard tidak setuju dengan apa yang diungkapkan oleh Skipper.
Menurutnya apa yang sedang terjadi di negaranya merupakan hal yang wajar.
“Ketika seseorang bernama Ayse (Aisyah) mengirimkan lamaran pekerjaan, para karyawan pasti bertanya-tanya, ‘Apa yang terjadi jika ia menjadi radikal di saat bekerja?’ Apakah hal ini rasisme? Saya kira tidak,” ujar Kjaersgaard.
Membantah apa yang diungkapkan Kjaersgaard, Skipper mengatakan bahwa “mendefinisikan seseorang sebagai radikal hanya karena nama mereka merupakan perbuatan yang melegalkan rasisme”. (rafa/arrahmah.com)