JAKARTA (Arrahmah.com) – Hari kedua pameran buku-buku Islam, Islamic Book Fair (IBF) 2018, semakin meriah saat Ustadz Abdul Somad Lc MA hadir untuk mengisi Tabligh Akbar yang berlangsung dari pukul 09.00 sampai jelang Zhuhur, Kamis (19/4/2018).
Selain diisi Ustadz Somad, hari ini panggung utama IBF 2018 juga diisi acara jumpa penulis internasional Syaikh Mahmud al-Mishri dari Mesir, pukul 12.30-14.00.
Syaikh Al-Mishri adalah penulis buku Semua Ada Saatnya, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Ustadz Abdul Somad.
Ada sebanyak 151 penerbit buku yang mengikuti IBF. Mereka menampilkan 53 ribu judul buku-buku Islami. Sementara, total jumlah buku yang ditampilkan di IBF ada sekitar 15 juta eksemplar.
Koordinator Humas dan Promosi IBF 2018, Syahruddin El-Fikri mengatakan, bahwa dari 53 ribu judul buku yang ditampilkan ada sekitar lima kategori buku. Pertama, buku-buku agama karena ini pameran buku Islam. Kedua, buku-buku anak yang islami. Ketiga, buku-buku novel yang islami. Keempat, buku-buku pelajaran. Kelima, buku-buku komik Islami.
Sebagaimana dkutip dari laman resmi Islamic Book Fair, kebangkitan dan kemunduran sebuah peradaban sangat ditentukan oleh kemajuan atau kemunduran ilmu pengetahuan. Kalau sebuah bangsa peduli pada ilmu pengetahuan, maka peradaban bangsa itu juga akan semakin maju, dan sebaliknya bila kurang memperhatikan ilmu pengetahuan, maka peradaban bangsa itu pun akan mengalami kemunduran.
Tengoklah saat Kekhalifahan Abbasiyah berjaya, banyak lahir cendikiawan muslim. Sebut saja pakar matematika Al-Khawarizmi, filsuf kenamaan Ibnu Rusyd dan Al-Ghazali, atau ahli kedokteran Ibnu Sina. Kekhalifahan ini mampu membangun peradaban hingga ke puncak kejayaan, karena kedisiplinannya pada ilmu pengetahuan. Dan dasar dari ilmu pengetahuan adalah literasi.
Membaca memang akar dari literasi. Tanpa membaca, kita tergagap-gagap memahami dunia. Sayangnya hanya ada 1 dari 1.000 orang Indonesia yang membaca buku secara rutin. Ini pekerjaan rumah yang cukup besar bagi sebuah bangsa dengan pemeluk Agama Islam terbesar di dunia. Dan hebohnya hoax adalah bukti umat ini tidak punya kemampuan saring sebelum sharing. Bukti pendeknya pikiran dan dangkalnya pemahaman.
Dengan konteks itu, jika Islam hendak meraih kejayaannya, maka suka tidak suka kita harus memperkuat kemampuan literasi setiap individu dari umat Islam Indonesia. Tanpa kemampuan literasi yang baik, tidak akan lahir individu-individu hebat. Itulah sebabnya, Islamic Book Fair (IBF) tahun 2018 yang akan berlangsung pada tanggal 18-22 April 2008 mengusung tema “Meraih Kejayaan Islam Melalui Literasi”.
Tema ini dipilih karena di era informasi yang begitu melimpah, dibutuhkan kecerdasaan literasi untuk memilah manainformasi yang mencerahkan mana yang sekedar sampah. Dan perhelatan IBF 2018 diharapkan akan mampu menjadi pemantik bagi lahirnya calon pemimpin umat Islam Indonesia dimasa depan.
(ameera/arrahmah.com)