KAZAN (Arrahmah.com) – Terdapat tanda-tanda bahwa Islam “radikal” telah mengakar di Republik Tatarstan, yang diduduki Rusia yang berlokasi di timur Moskow, setelah serangan yang menewaskan seorang “ulama” dan melukai seorang lainnya pada bulan lalu.
Polisi kafir Rusia menahan tujuh tersangka, ujar para pejabat. Namun sumber keamanan setempat mengatakan kepada BBC bahwa lebih dari 100 orang telah diinterogasi juga beberapa kelompok Muslim Tatar, jumlah tahanan hampir mencapai 500.
Seorang “ulama” pro-Kremlin, Valiulla Yakupov, ditembak mati di ibukota Tatarstan, Kazan, pada 19 Juli. Sehari setelahnya, Mufti Tatarstan, Ildus Fayzov mengalami luka serius setelah mobilnya menjadi target pengeboman di kota yang sama.
Salah satu yang ditangkap adalah pemilik Idel-Khadzh, organisasi yang mengirimkan orang-orang menuju Mekkah. Dia diduga tengah terlibat sengketa dengan sang mufti. Hingga kini belum ada kelompok yang merilis pernyataan bertanggung jawab atas serangan-serangan tersebut.
“Ledakan-ledakan dan tembakan hanyalah awal,” ujar teolog Mufti Farid Salman seperti yang dilansir BBC.
Menurut klaimnya, lebih dari 3.000 Muslim “radikal” berada di Tatarstan.
Forum internet Muslim Tatarstan diklaim telah menyeru pembunuhan beberapa orang yang secara terbuka mengkritik penyebaran Islam “radikal” dan nama Valiulla Yakupov telah muncul di salah satu daftar mereka.
Radikal adalah sebutan untuk mereka yang menuntut ditegakkannya syariat Islam secara sempurna.
“Pemerintah lebih suka mempertahankan kepura-puraan bahwa kedamaian dan ketenangan terjadi di kawasan itu,” ujar Rais Suleimanov, kepala cabang daerah Volga Institut Rusia untuk Penelitian Strategi.
“Mereka tidak mendengarkan kami dan mereka tidak membiarkan kami berbicara. Akibatnya situasi menjadi tidak terkendali,” klaimnya.
Setelah menerbitkan penelitian di tahun 2010 terhadap perkembangan fundamentalisme Islam di Tatarstan, ia dipecat dari jabatannya di Pusat Penelitian Eurasia di Universitas Kazan dan segera setelah itu pusat tersebut ditutup.
Setelah percobaan pembunuhan terhadap mufti Tatarstan, kepala kementrian dalam negeri, Arytom Khokhorin mengakui bahwa terdapat perang rahasia yang telah berlangsung selama 13 tahun. Dia menambahkan bahwa ratusan gerilyawan telah diidentifikasi dan dipantau oleh polisi.
Kini keamanan rusia menggunakan situasi tersebut untuk menahan kaum Muslimin.
Kepala organisasi nasional lokal, Uni Pemuda Azatlik Tatar, Nail Nabiullin menuduh bahwa ini adalah “provokasi yang dipimpin oleh Moskow”.
Nabiullin pernah mengorganisir beberapa demonstrasi terhadap penindasan ummat Islam.
Di tahun 2011, Amir Imarah Kaukasus, Doka Umarov mendeklarasikan bahwa Mujahidin Kaukasus harus berpindah ke wilayah Volga untuk mempersiapkan Muslim setempat untuk berjihad. Menurutnya, perjuangan akan menghasilkan sebuah negara baru, Imarah Kaukasus yang lebih besar.
Deklarasi ini seperti mendapat tanggapan, karena pada akhir bulan lalu, media Rusia menyebarkan sebuah video pendek yang memperlihatkan Mujahidin Tatarstan menyatakan bai’at kepada amir Imarah Kaukasus.
“Assalamu’alaikum ikhwan dan akhwat. Saya Muhammad, amir militer dari Tatarstan. Saya ingin membuat sebuah pernyataan. Kami, adalah Mujahidin Tatarstan, telah mengikrarkan baiat kepada Dokka Abu Usman (Amir Imarah Kaukasus) pada tahun 2007. Saat ini tahun 2012, dan kami ingin mengulangi baiat kami. Kami, Mujahidin Tatarstan, mengikrarkan baiat kami, janji setia kepada Dokka Abu Usman. Kami berjanji untuk mentaati semua perintahnya, yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah.”
Wallahu’alam (haninmazaya/arrahmah.com)