Puluhan tahun dalam kungkungan komunis, tidak membuat Chechnya kehilangan fitrah mereka sebagai Muslim. Puluhan tahun wilayah sekitar Pegunungan Kaukasus yang penduduknya mayoritas beragama Islam harus hidup dalam tekanan Uni Sovyet yang komunis. Mereka tidak bisa menjalankan perintah agamanya dengan leluasa. Setelah komunis runtuh dan menyisakan Rusia sebegai pemegang kekuasaan Sovyet, satu persatu wilayah Muslim di Kaukasus Utara mencoba kembali untuk hidup berdasarkan ajaran Islam. Salah satunya adalah Muslim Chechnya.
Adam, 52 tahun, menempatkan tiga orang istrinya di kota kecil yang berbeda agar mereka tidak bertengkar. Dan ia berencana akan menikah lagi untuk istri yang keempat.
“Chechnya adalah Muslim, jadi ini adalah hak kami sebagai laki-laki. Mereka (para isteri) menghabiskan waktunya bersama, tapi mereka tidak selalu bertemu muka,” kata pensiunan bersuara lembut yang hanya mau menyebutkan nama depannya itu.
Meskipun poligami ilegal di Rusia, masyarakat wilayah Chechnya yang Muslim mempraktekkan poligami dengan alasan hal tersebut diperbolehkan hukum syariah dan Al-Qur’an.
Menurut hukum Rusia, Adam hanya menikah dengan isteri pertama yang sudah dinikahinya sejak 28 tahun lalu, Zoya. Bersama dengan wanita bermata biru yang telah memberi 3 anak itu, Adam tinggal di pinggiran kota Grozny, ibukota Chechnya.
Pernikahan dengan kedua isterinya yang lain, dilakukan dengan sederhana dan diakui oleh pemerintah Chechnya.
Kepala Pusat Pendidikan Mental-Spiritual Chechnya–yang didirikan oleh Presiden Chechnya Ramzan Kadyrov setahun lalu, Vakha Kashkanov, mengatakan bahwa Islam harus didahulukan daripada hukum Rusia.
“Jika diperbolehkan Islam, maka tidak perlu dipermasalahkan lagi,” katanya.
“Selama Anda bisa memberi makan isteri-isteri Anda dan ada keadilan bagi mereka, maka poligami diperbolehkan di Chechnya,” tambahnya.
Seperti tetangganya, Dagestan dan Ingushetia, Islam bersemi lagi di Chechnya. Wilayah itu berjuang untuk melepaskan diri dari Rusia yang menguasai Kaukasus Utara.
Meskipun Islam telah masuk ke Kaukasus Utara 500 tahun lalu lewat kota Derbent di Dagestan tepi Laut Kaspia, selama komunis berkuasa agama sama sekali tidak diperbolehkan.
Sekarang, para pria di kafe-kafe kota Grozny yang dulu banyak mengkonsumsi bir selundupan meminum teh, karena minuman beralkohol dilarang. Sekolah dan tempat olahraga khusus wanita atau pria bukan lagi barang aneh. Para wanita yang berada di lingkungan gedung pemerintahan wajib mengenakan kerudung.
Asya Masalgova, penasehat Kadyrov untuk masalah HAM dan mengepalai sebuah dewan yang mengurusi hak-hak tahanan mengatakan, “Kami mengakui setiap wanita memiliki pilihan, tapi kami lebih suka jika ia berhijab.”
Peran hewan
Jalan-jalan berdebu harus dilewati untuk menuju peternakan unta yang pertama ada di Chechnya. Letaknya 55km arah barat laut dari Grozny.
46 ekor unta berpunuk dua menikmati setiap kunyahan garam dan rumput sementara mereka didandani. Unta-unta itu dihias karena mereka akan dijadikan sebagai mas kawin atau hadiah di hari raya.
Sebagai hewan yang memiliki nilai tinggi dalam Islam, harga jual mereka mencapai 58.000 rubel perekornya, kata Umar Guchigov direktur peternakan.
Peternakan unta tersebut merupakan salah satu dari peternakan yang dibangun atas perintah Kadyrov. Tiga peternakan unta lain akan dibangun di Chechnya.
“Banyak orang, (termasuk) orang biasa, yang mengucapkan selamat kepada kami, karena telah membawa kembal tradisi kuno ini,” kata Guchigov.
Di Chechnya, hewan juga dipergunakan untuk memperkenalkan kembali Islam kepada masyarakat melalui program acara televisi. 60 orang pria berjenggot dan wanita berkerudung bekerja membuat program acara anak-anak dalan sebuah studio besar yang dihiasi foto-foto Makkah.
Sekelompok lebah dengan ceria mengucapkan “Salam Alaikum” sambil memasuki studio Ruslan Ismailov yang sedang bekerja membuat kartun dengan komputer-komputer Apple-nya yang berteknologi tinggi. Stasiun televisi Muslim tempatnya bekerja, memproduksi acara anak-anak berjudul “Put” yang berarti “Jalan” dalam bahasa Rusia.
“Lebah-lebah itu menarik minat anak-anak, dan akan mengajari mereka bagaimana cara hidup yang benar sesuai dengan kepercayaan orang Islam,” kata Ismailov.
Didirikan dua tahun lalu oleh pemerintah Chechnya dan mengudara ke seluruh penjuru Kaukasus Utara dengan pemirsa ribuan orang, stasiun televisi itu menjadi salah satu yang paling populer di kawasan tersebut.
Sepanjang malam televisi itu juga menyajikan acara-acara untuk wanita, misalnya bagaimana mengurus rumah yang baik dan cara membaca Al-Qur’an.
“Apa yang telah dialami Chechnya bukan rahasia lagi,” kata direktur stasiun televisi tersebut, Adam Shakidov.
“Kini saatnya memasang dasar-dasar syariah,” kata pria berjenggot dan mengenakan kopiah tradisional dari beludru berwarna hitam itu. [di/rtr/www.hidayatullah.com]