ANKARA (Arrahmah.com) – Seorang milisi IS (ISIS) tersangka pelaku bom bunuh diri menewaskan sedikitnya 31 orang pada Senin (20/7/2015) di sebuah pusat kebudayaan Turki. Pada saat itu, para aktivis berkumpul untuk mempersiapkan misi bantuan di kota Suriah terdekat Kobane. Demikian MTME melaorkan pada Selasa (21/7).
Ledakan terjadi di tengah Suruc, kota di seberang perbatasan Kobane. Pelaku seorang diri kemudian melancarkan serangan bom mobil bunuh diri, meledakkan jendela dan mengobarkan api, kata saksi mata.
Sebagian besar korban yang tewas adalah mahasiswa yang berencana untuk memasuki Suriah untuk membantu membangun kembali Kobane. Sebelumnya Kobane diduduki oleh ISIS selama berbulan-bulan sebelum direbut kembali oleh pasukan Kurdi pada Januari lalu.
Selain mereka yang tewas, sekitar 100 orang lainnya luka-luka akibat ledakan itu.
Presiden Recep Tayyip Erdogan, dalam kunjungannya ke Siprus utara, mengutuk serangan itu sebagai “tindakan teror”.
“Atas nama rakyat saya, saya mengecam dan mengutuk pelaku kebrutalan ini,” katanya. “Teror harus dikutuk tidak peduli dari mana asalnya.”
Tayangan televisi menunjukkan beberapa orang tergeletak di tanah berlumuran darah dan ambulans bergegas ke tempat kejadian.
Gambar AFP menunjukkan banyak tubuh ditutupi selimut berbaring di taman pusat itu.
Perdana Menteri Ahmet Davutoglu menunjuk jari menyalahkan pengeboman itu “jelas serangan teroris” ISIS.
“Temuan awal menunjukkan itu menjadi serangan bunuh diri yang dilakukan oleh Daesh,” kata Davutoglu di Ankara, menggunakan akronim bahasa Arab untuk IS. “Tapi kita belum sampai pada titik untuk membuat keputusan akhir.”
Jika ini dikonfirmasi, maka itu akan menjadi serangan yang pertama dilakukan mislisi ISIS melawan Turki, kekuatan militer regional dan anggota NATO.
Warga setempat Mehmet Celik mengatakan kepada AFP bahwa kota itu “dalam kekacauan”.
Alp Altinors dari partai HDP pro-Kurdi mengatakan kelompok yang berada di TKP sekitar 300 aktivis. Mereka yang berkumpul di Suruc datang dari seluruh negeri berasal dari Federasi Sosialis Asosiasi Pemuda dan bahwa sebagian besarnya adalah mahasiswa.
“Mereka berencana untuk membangun taman di Kobane, membagikan mainan untuk anak-anak dan cat dinding sekolah,” katanya kepada AFP.
Gambar media sosial menunjukkan kelompok itu sedang bersantai sambil sarapan di taman beberapa jam sebelum ledakan terjadi di siang hari.
Sebuah video yang diedarkan oleh kantor berita swasta Dogan menunjukkan juru bicara para aktivis mengatakan ke mikrofon, “Kami, pemuda, di sini Kami telah membela Kobane bersama dan sekarang kita menetapkan untuk membangun kembali bersama-sama.”
Davutoglu mengatakan ledakan bertujuan untuk merusak demokrasi Turki.
“Serangan ini menargetkan kita semua,” katanya, sambil menggangas pengiriman tiga menteri untuk wilayah tenggara.
“Daesh tidak hanya mengancam rakyat Suriah tetapi juga Turki,” tambahnya.
‘Target demokrasi Turki’
Juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengutuk “keji” serangan itu, seperti yang dilakukan Presiden Rusia Vladimir Putin. Mereka memberinya label sebagai “tindakan barbar” dan menyerukan kerjasama internasional yang lebih besar dalam memerangi terorisme.
Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius juga bergabung dalam kutukan itu.
Serangan di Suruc itu diikuti kemudian oleh sebuah bom mobil bunuh diri di sebuah pos pemeriksaan di Kobane, yang menewaskan dua anggota pasukan keamanan Kurdi, menurut Rami Abdel Rahman, direktur Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.
Kobane telah menjadi simbol perlawanan terhadap jihad sejak pejuang IS diusir oleh pasukan Kurdi Suriah yang didukung oleh serangan udara yang dipimpin AS.
Suku Kurdi Turki sempat merasa frustrasi pada saat ditolak Ankara untuk campur tangan untuk mengusir para pemberontak, yang telah menyita sebagian besar Suriah dan Irak selama tahun lalu.
Kritikus Ankara bahkan menuduh itu merupakan toleransi atau bahkan membantu IS, sebagai sekutu yang berguna terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang menginginkan penggulingan Erdogan. Namun tuduhan keras itu ditolak oleh Ankara.
Dalam beberapa pekan terakhir, pihak berwenang Turki telah meningkatkan tindakan mereka terhadap jihad, menangkap puluhan tersangka militan dan simpatisan ISIS.
“Sekarang jelas bahwa pemerintah Turki telah meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman ISIS untuk dihadapi,” kata seorang diplomat Barat kepada AFP pekan lalu.
Turki juga telah mendorong pertahanan perbatasan, penempatan tank dan rudal anti-pesawat di sepanjang perbatasan dengan Suriah serta jumlah pasukan memperkuat.
Spekulasi juga berkembang bahwa pemerintah berencana melakukan intervensi untuk mendorong jihadis kembali dari perbatasan dan menghentikan kemajuan pasukan Kurdi yang telah membuat keuntungan di daerah.
Namun pemerintah telah mengesampingkan tindakan segera untuk Suriah.
Anggota koalisi yang enggan
Ankara mengatagorikan ISIS sebagai kelompok teroris, tetapi telah enggan menjadi anggota anti-ISIS yang dipimpin AS. Turki menolak untuk memberikan sekutu NATO-nya penggunaan pangkalan udara Incirlik di selatan untuk serangan terhadap jihad.
Padahal, ISIS sempat melakukan serangan mendadak pada Kobane bulan lalu, lima bulan setelah diusir dari kota itu.
Kota terdekat Suruc, dulunya merupakan pusat produksi sutra. Kini menjadi rumah bagi salah satu kamp pengungsi terbesar di Turki. Suruc juga menjadi perumahan baru Muslimin Suriah yang melarikan diri dari konflik berdarah keempat tahun di negara mereka.
Tempat penampungan kamp sekitar 35.000 pengungsi dari total lebih dari 1,8 juta pengungsi telah didirikan oleh Turki sejak 2011. (adibahasan/arrahmah.com)