SURIAH (Arrahmah.com) – Awal pekan ini (Sabtu, 20/12), santer beredar kabar bahwa Daulah Islamiyah mengeksekusi 100 anggotanya di Raqqah yang hendak melarikan diri mencoba menghindari pertempuran. Dikabarkan seluruh militan tersebut yang dieksekusi itu berasal dari luar Suriah.
Berdasarkan penelusuran kiblat.net, Kamis (25/12), media-media melansir berita tersebut dari koran internasional Financial Times. Koran yang berkantor di Inggris itu menulis laporannya berdasarkan keterangan dari sumber aktivis oposisi dan pro rezim Basar Al-Asad.
Menurut koran tersebut, eksekusi itu dilakukan oleh satuan polisi militer Daulah. Polisi militer itu dibentuk untuk mengawasi pejuang asing yang mencoba melarikan diri keluar dari Daulah. Mereka dilaporkan telah menyerbu puluhan rumah dan menangkap banyak anggota karena diduga berencana melarikan diri.
Santernya berita tersebut, membuat Bilal Abdul Karim, seorang wartawan independen yang bertugas di Suriah berkeinginan kuat menelusuri kebenaran berita tersebut. Dari penelusurannya itu, ia menemukan bahwa berita yang santer beredar itu benar adanya.
Melalui blog pribadinya, www.bilalabdulkareem.com, Bilal menuliskan hasil penelusurannya tersebut. Ia mengungkapkan telah menghindari membicarakan berita ini sampai terkonfirmasi.
“Sebelumnya (menulis ini), Aku (Bilal Abdul Karim) menghindari menyebutkan cerita ini sampai aku sendiri bisa memastikannya,” kata Bilal di awal-awal laporannya yang diposting pada Selasa lalu (23/12) itu.
Wartawan yang terdorong pergi ke Suriah karena ingin mendukung pejuang Suriah melalui media itu mengatakan bahwa berita tentang Daulah yang membunuh 100 tentaranya itu telah terkonfirmasi.
Ia menjelaskan bahwa berita itu beredar di saat ada sekelompok pejuang di Raqqah yang ingin meninggalkan Daulah. Mereka ditangkap dan kemudian dihukum mati karena dianggap “murtad” dari agama.
Bilal melanjutkan bahwa Daulah saat ini berada di tengah-tengah krisis internal. Hal itu terjadi setelah mereka berencana untuk menyerang posisi Ahrar Sham dan Jabhah Nusrah di wilayah Idlib.
Akan tetapi, tambah Bilal, perselisihan pecah antara dua faksi dalam tubuh Daulah, yaitu kelompok Turkmani dan pejuang dari Kavkaz (wilayah Chechnya) sebelum operasi penyerangan. Perselisihan itu sangat cepat membesar sehingga menjadi aksi baku tembak dan akhirnya saling bunuh antara dua kelompok di tubuh Daulah itu.
“Penyebab utama (perselisihan itu) masih belum diketahui,” kata Bilal.
Di sisi lain, gerakan Ahrar Sham dan Jabhah Nusrah bersatu di Idlib untuk menyerbu kamp Wadi Dhaif. Kamp terbesar rezim di Idlib itu akhirnya berhasil dikontrol mujahidin. Melihat hal itu, lanjut Bilal, kepemimpinan Daulah memandang bahwa kekuatan gabungan Ahrar Sham dan Jabhah Nusrah terlalu kuat dikalahkan di pinggiran kota Idlib dan dengan demikian serangan itu dibatalkan.
(kiblat.net/arrahmah.com)