(Arrahmah.com) – Kelangkaan tahu dan tempe yang terjadi saat ini, serta mahalnya harga kedelai impor berujung pada kemarahan para produsen tempe dan tahu. Sementara kedelai lokal tidak dilirik, juga tidak diperhatikan pemerintah dalam budidayanya. Para produsen tempe-tahu mogok memproduksi tempe dan memprotes melambungnya harga kedelai yang merupakan bahan baku utamanya. Tempe ini adalah makanan tradisional Indonesia justru yang terjadi sekarang adalah orang di Indonesianya sendiri sulit cari tempe.
Kelangkaan tempe yang terjadi saat ini bukanlah yang pertama terjadi, telah berulang kali terjadi. Tidak ada kebijakan sungguh-sungguh dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini. Seharusnya masalah ini diselesaikan dengan tuntas agar tidak terjadi lagi di kemudian hari.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mencurigai kuat kenaikan harga kedelai saat ini karena praktik kartel. Walaupun pemerintah meyakini kenaikan harga kedelai akibat kekeringan di Amerika Serikat, “ini disinyalir praktik kartel dalam kenaikan harga kedelai saat ini. Karena kejadiannya sangat mirip apa yang terjadi pada 2007-2008, di mana KPPU menemukan adanya dua perusahaan importir kedelai yang memainkan harga kedelai”, kata ketua Komisioner KPPU Tadjuddin Noer Said kepada Wartawan di Kantor KPPU Pusat Jalan Veteran, Jakarta. (kaskus.co.id, Senin 30/7/2012)
Pasalnya kata Tadjuddin, fenomena kenaikan harga kedelai seperti ini merupakan kondisi ulangan pada 2007-2008. Saat itu harga kedelai kuning dari Amerika menyentuh US$ 600 dan harga jual di gudang importir Rp6.250/ton, tentu saja hal ini sangat berpengaruh terhadap harga kedelai dalam negeri. Ini juga merujuk pada data KPPU pada tahun 2008, di mana 74,66 % pasokan kedelai ke dalam negeri yang di lakukan oleh importir.
Tempe yang mendunia
Tempe merupakan makanan asli bangsa ini, begitu banyak penggemar dan penyuka makanan ini, banyak khasiat dan kandungan gizi di dalamnya. Tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain). Selain itu tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolestrol darah, pencegah penyakit jantung, dan lain-lain. Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak banyak berubah dibandingkan dengan kedelai. Namun, karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia), sehingga bisa disebut sebagai makanan semua usia.
Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia tetapi sekarang telah mendunia. Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe sebagai pengganti daging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya di Indonesia. Berbagai penelitian di sejumlah negara, seperti Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Indonesia juga sekarang berusaha mengembangkan galur (strain) unggul Rhizopus untuk menghasilkan tempe yang lebih cepat, berkualitas, atau memperbaiki kandungan gizi tempe. Beberapa pihak mengkhawatirkan kegiatan ini dapat mengancam keberadaan tempe sebagai bahan pangan milik umum karena galur-galur ragi tempe unggul dapat didaftarkan hak patennya sehingga penggunaannya dilindungi undang-undang (memerlukan lisensi dari pemegang hak paten).
Perlu diketahui ada beberapa negara yang telah membuat paten atas produk tempe sesuai ciri khas dinegara tersebut. Dua negara yang sudah mendahului yaitu Amerika Serikat dan Jepang. Jika kelangkaan tempe terus terjadi, berpotensi terjadinya klaim serupa yang dilakukan negara lain seperti Malaysia dan Australia. Tempe khas Jepang pun sudah di produksi dalam kapasitas besar.
Salah Urus
Berbicara kekayaan alam, Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam melimpah seperti Kekayaan hayati, kekayaan laut, Pertanian, dan lain-lain.
Pertanyaan yang sering muncul mengapa terjadi kontradiksi ? Mengapa kekayaan sebesar itu tidak cukup untuk memakmurkan rakyat Indonesia? Jawabannya adalah bahwa sebagian besar kekayaan tersebut telah dikuasai oleh swasta dan bangsa asing, terutama perusahaan swasta asing melalui perusahaan transnasional.
Ketergantungan pemerintah terhadap asing (kedelai dari Amerika Seikat) sangat ironi dengan posisi Indonesia sebagai negara agraris. Amerika begitu mudahnya mendapatkan gunung emas di Papua, sedangkan Indonesia mengemis kedelai saja tidak disuplai dengan berbagai alasan. Seperti sedang kekeringan di Amerika Serikat. Inilah bukti ketertundukan Indonesia terhadap asing. Ketergantungan terhadap asing yang hanya menguntungkan para kapital, kartel-kartel impor kedelai, dan lain-lain.
Indonesia krisis tempe ? inilah dampak dari ideologi rusak. Kesalahan pengelolaan kekayaan alam dan energi ini terjadi karena Indonesia memilih sistem kapitalisme dan sistem demokrasi sekuler. Jauh dari Syariah. Pemerintahan demokrasi di masa orde baru dan era reformasi telah menjual kekayaan alam Indonesia kepada pihak asing, melalui berbagai produk Undang-undang seperti UU Migas, UU Minerba,UU Penanaman Modal Asing dan sebagainya.
Kondisi bangsa ini yang sudah sedemikian parah dan dikelilingi oleh berbagai masalah yang tak kunjung usai, rakyat semakin menderita, boro-boro makan daging makan tempe pun tak mampu, sedangkan solusi pemerintah hanya bersifat instan, seperti penghapusan bea masuk impor kedelai. Solusi dari pemerintah ini bukanlah solusi jangka panjang, melainkan hanya sesaat saja dan bukan tidak mungkin malah menambah masalah baru. Solusi pemerintah ini hanya setengah hati membantu rakyat/petani dalam menanam kedelai, Pemerintah lebih suka impor kedelai dari Tuan Amerika Serikat ( tentu ada bea masuk “al-muksu”, suap, ada peluang korupsi), sehingga harga bahan baku tempe melonjak tinggi. Ini bukti bahwa pemerintah tidak memiliki visi sebagai negara mandiri yang memiliki kedaulatan dalam bidang pangan. Terutama visi dalam membangun industri pertanian.
Mengurusi tempe saja gagal, bagaimana mengatasi persoalan yang lebih besar lagi ? bagaimana akan menjadi negara maju dan terdepan bila kondisi bangsa ini selalu tunduk pada kepentingan asing ? akankah negara ini membebek terus pada pihak asing ?
Kemandirian Bangsa
Melihat kondisi negeri ini yang sarat dengan berbagai masalah yang harus segera diselesaikan dengan tuntas, seharusnya negara tidak boleh melepaskan tanggung jawabnya dalam mensejahterakan kehidupan bangsa di semua sektor, bukan hanya untuk segolongan tertentu saja.
Negara seharusnya memiliki kemandirian di semua sektor, khususnya di bidang pangan. Visi membangun industri pertanian harus di kedepankan untuk mencapai swasembada pangan. Jangan seperti sekarang ini yang terjadi adalah ketergantungan pada pihak asing, dan lebih mengedepankan sistem kapitalisme-liberalisme yang tidak menguntungkan kehidupan rakyat. Ini terlihat dari undang-undang dan kebijakan-kebijakan yang diterapkan.
Islam sangat memperhatikan masalah kecukupan pangan sebagai kebutuhan mendasar. Islam memiliki sistem politik ekonomi pangan. Sistem Islam terbukti secara empiris mampu menyejahterakan rakyatnya pada masa lalu. Kemajuan dan kebangkitan luar biasa muncul karenanya shingga Khilafah menjadi mercusuar bagi negara-negara lain di dunia. Maka, masuk akal pula jika Indonesia ingin sejahtera, tidak ada pilihan lain kecuali diatur dan diurus dengan ISLAM.
Hanya dengan ISLAM-lah, barakah dari Allah SWT akan dilimpahkan dari langit dan bumi. Ridha dan pertolongan-Nya juga akan diberikan. Insya Allah, Indonesia pasti lebih baik. Bahkan kebaikan itu akan menyebar ke seluruh negeri-negeri Muslim lainnya, dan seluruh antero dunia! Islam benar-benar mewujud sebagai rahmat[an] li al-‘âlamîn. Kesejahteraan hidup di bawah naungan Daulah-khilafah di akhir zaman sudah diberitakan Rasulullah saw dalam sabdanya:
يَكُوْنُ فِيْ آخِرِ أُمَّتِيْ خَلِيْفَةٌ يَحْثُوْ الْمَالَ حَثْيًا لاَ يَعُدُّهُ عَدَدًا
Akan ada pada akhir umatku seorang khalifah yang memberikan harta secara berlimpah dan tidak terhitung banyaknya. (HR Muslim)
Oleh karena demikian, wahai seluruh kaum Muslimin, songsonglah dan gapailah berita gembira Rasulullah saw tersebut. Allah Akbar !
Oleh : Henny (Ummu Ghiyas Faris)
(bilal/arrahmah.com)