DOHA (Arrahmah.com) – Pemimpin Qatar, Emir Hamad bin Khalifa al-Thani telah diserang di negaranya sendiri, lapor media-media Arab. Sebagai hasil dari serangan terhadap iring-iringan raja, 8 pengawalnya tewas. Ia sendiri terluka dalam serangan, namun selamat.
Keluarga emir Qatar mencoba menyangkal informasi ini. “Ini adalah rumor dan tidak benar,” ujar seorang sumber yang dekat dengan keluarga penguasa.
Sementara itu, menurut surat kabar Mesir, Al-Fagr, serangan terhadap iring-iringan Emir berlangsung di Doha dalam perjalanan menuju istana. Penguasa itu kembali ke sana setelah pertemuan dengan duta besar Rusia.
Menurut salah satu versi, iring-iringan Emir mengalami kecelakaan, setelah seorang pria bersenjata melepaskan tembakan ke arah mereka.
Versi lainnya mengatakan seorang martir dalam sebuah mobil sarat bahan peledak menabrakkan diri ke konvoy penguasa, menyebabkan ledakan. Akibatnya delapan pengawalnya tewas, namun Emir hanya terluka.
Sebelumnya, ada beberapa laporan dalam pers Arab tentang upaya pembunuhan berbeda terhadap Emir Qatar. Sang penguasa ini telah lama tidak disenangi oleh kalangan tertentu dari masyarakat lokal. Oposisi menuduhnya korupsi dan memiliki hubungan dekat dengan apa yang disebut Israel.
Pada bulan Maret tahun ini, ada laporan mengatakan bahwa kudeta untuk menggulingkan Hamad bin Khalifa al-Thani ditemukan di negara ini. Seperti yang diklaim, kudeta tersebut direncanakan oleh sekelompok perwira dipimpin oleh Staf Jenderal angkatan bersenjata. 30 konspirator dilaporkan ditangkap.
Al Jazeera Qatar yang secara terang-terangan mengklaim telah memainkan peran utama dalam meliput peristiwa Revolusi Arab, tidak melaporkan apa-apa tentang upaya untuk menggulingkan pemerintahan diktator ini.
Perlu diingat bahwa Emir Hamad bin Khalifa al-Thani juga berkuasa selama kudeta istana pada 1995 yang menggulingkan ayahnya sendiri.
Pada Februari 2004, mantan presiden CRI (Chechen Republik of Ichkeria), Zelimkhan Yandarbiyev, tewas dalam serangan teroris Rusia di Qatar. Tindakan teroris tersebut diorganisir oleh kedutaan Rusia di Qatar dan atasan dari pembunuhan tersebut adalah sekretaris satu kedutaan Rusia.
Teroris Rusia dengan paspor diplomatik ditahan oleh otoritas Qatar dengan bantuan Amerika Serikat. Namun kemudian setelah beberapa saat, setelah perjanjian dengan Moskow, para pembunuh dibebaskan dan dikirim kembali ke Rusia, di mana mereka disambut di bandara sebagai seorang pahlawan dan berjalan di atas karpet merah. (haninmazaya/arrahmah.com)