TEHERAN (Arrahmah.com) – Komandan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC), Laksamana Alireza Tangsiri, pada hari Senin (20/4/2020) mengecam kehadiran kapal induk dan kapal militer AS di Teluk Arab, mengatakan bahwa pasukannya sekarang memiliki rudal anti-kapal perang permukaan-ke-permukaan dan bawah permukaan dengan kisaran setinggi 700 kilometer.
“Sekarang kami memiliki berbagai rudal permukaan dan bawah permukaan dengan jangkauan 700 kilometer yang telah diproduksi oleh para ahli militer domestik,” kantor berita semi-resmi Tasnim mengutip komandan Iran mengatakan.
Pernyataan Tangsiri muncul setelah konfrontasi baru-baru ini antara IRGC dan pasukan AS di Teluk Persia.
Militer AS mengatakan pada hari Rabu pekan lalu bahwa 11 kapal dari angkatan IRGC telah mendekati kapal Angkatan Laut dan Penjaga Pantai AS di Teluk, menyebut tindakan itu “berbahaya dan provokatif”.
Angkatan Laut IRGC mengeluarkan pernyataan pada hari Minggu (19/4) menyebut AS mengklaim “palsu” dan menyamakannya dengan beberapa skenario “Hollywood”.
“Pasukan AS melanggar peraturan internasional dan menghalangi jalan kapal-kapal Iran tetapi mereka dihadapkan pada tanggapan keras kami,” kata Tangsiri, seraya menambahkan bahwa tidak ada kapal asing yang dapat menembus perairan regional kecuali jika diidentifikasi oleh Angkatan Darat Iran dan pasukan IRGC.
“Kebanggaan kami adalah bahwa semua peralatan militer kami diproduksi di dalam negeri, dan kami tidak bergantung pada negara lain,” katanya.
Komandan mengatakan di mana pun “Dimana pun Amerika berada, di sana ada ketidakamanan. Kami tidak tahu tempat di mana kehadiran Amerika membawa keamanan.”
Tangsiri memperingatkan bahwa jika sesuatu terjadi pada kapal perang nuklir di Teluk Arab, tidak akan ada makhluk hidup atau air bersih di wilayah ini setidaknya selama 10 hingga 12 tahun.
Juga pada hari Senin (21/4), juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi mengatakan bahwa kehadiran pasukan asing di wilayah tersebut adalah sumber ketidakamanan, ketidakstabilan, dan ketegangan.
“Kami menganggap kehadiran pasukan asing, terutama pasukan Amerika Serikat, di wilayah ini sebagai sumber ketegangan, ketidakstabilan, dan ketidakamanan. Kehadiran mereka ilegal dan tidak sah. Ini adalah wilayah kami dan angkatan bersenjata kami harus dapat berpatroli tanpa rintangan,” kata Mousavi dalam konferensi pers yang diadakan melalui konferensi video. (Althaf/arrahmah.com)