JAKARTA (Arrahmah.com) – Irfan S Awwas, Ketua Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) mempertanyakan keinginan pemerintah Indonesia yang seolah-olah berharap agar presiden Amerika, Barack Hussein Obama mengunjungi Indonesia usai KTT APEC pada November.
Menurut Irfan, meski kunjungan bilateral tersebut dimaksudkan guna membahas sejumlah bidang, seperti politik, keamanan, ekonomi, pembangunan, sosial-budaya, tidak mustahil ada sesuatu di baliknya. Apalagi ditengarai, Amerika akan memberi bantuan dana program Perguruan Tinggi senilai 10 juta dolar AS.
“Dari dulu kunjungan bilateral dilakukan Amerika, selalu ada sesuatu di baliknya,” ungkap Irfan S Awwas.
Tidak hanya itu, salah satu tokoh MMI ini juga menyayangkan sikap Indonesia yang masih suka meminta-minta bantuan asing.
“Seharusnya bangsa ini berhenti menjadi pengemis, sudah saatnya bangsa ini menunjukkan bangsa yang berdaulat dan mandiri,” jelasnya.
Menurutnya, pengalaman pahit yang diderita Indonesia akibat ulah Amerika sejatinya cukup menjadi pelajaran. Irfan menjelaskan, mustahil jika Amerika memberikan sesuatu kepada Indonesia tanpa ada udang dibalik batu.
Mengenai hal itu, sebenarnya Islam tidak apriori terhadap Obama jika ingin berkunjung ke Indonesia. Sebab pada dasarnya, Islam selalu terbuka terhadap siapapun. Mengenai Obama yang sudah ekslusif dalam membangun komunikasi terhadap negara Timur Tengah, Irfan masih belum percaya seratus persen.
“Apa yang diucapkan Obama dalam pidato di Universitas Al Azhar Kairo Mesir masih retorika, belum betul-betul terwujud,” terang Irfan. “Obama adalah Obama, Obama bukan Amerika dan Amerika bukan Obama, banyak pihak di belakangnya, dan tidak banyak yang bisa dilakukan Obama,” imbuhnya.
Lebih jauh Irfan menekankan, jika Obama betul ingin menjadi angin surga (The Wind of Heaven) bagi negara Islam, seharusnya ia menjadi seperti raja Najasi yang melindungi umat Islam.
Irfan menjelaskan, Indonesia sebagai Negara mayoritas muslim seyogyanya mempertahankan integritas keislaman. Tidak mudah dibeli. Sebab, jika hal itu dimiliki, maka nilai tawar (bargaining position) umat Islam akan tinggi. Melihat Obama sebagai non muslim, dengan perspektif Al-Quran dibutuhkan kehati-hatian. Jangan mudah terpedaya dengan gerak-geriknya. Sebab, Obama bukan Amerika, dan Amerika bukan Obama, ada banyak orang di baliknya, ujar Irfan. (Althaf/hdytlh/arrahmah.com)