TEHERAN (Arrahmah.com) – Pada Selasa (23/2/2021), tentara Iran mengungkapkan untuk pertama kalinya, bom yang digunakan dalam pembunuhan mendiang komandan Pasukan Quds Garda Revolusi Iran (IRGC), Mayjen Qassem Soleimani.
Selain mengungkap bom yang digunakan untuk membunuh Soleimani, Iran juga menuduh tiga negara Arab berpartisipasi dalam penyerangan terhadap jenderal Iran dan Wakil Kepala Unit Mobilisasi Populer Irak (Hashd Al-Sha’abi), Abu Mahdi Al-Mohandis, pada tanggal 3 Januari 2020.
Kepala Staf Iran Mayjen Muhammad Bagheri mengatakan, seperti dilansir kantor berita Mehr, “Bom yang digunakan pasukan Amerika dalam pembunuhan Qassem Soleimani dan kawan-kawannya, bukanlah bom biasa, melainkan bom dengan peralatan lapis baja yang menjadi sasaran, dan itu menembus baja dengan ketebalan 30 cm, sehingga tubuh mereka terpotong-potong.”
Dia melanjutkan: Soleimani, seorang tamu asing yang memasuki Irak atas undangan resmi perdana menteri Irak, membawa pesan ke Arab Saudi, dan tiba di Irak melalui pesawat sipil dalam kunjungan publik, “mencatat bahwa pembunuhannya” adalah sebuah pelanggaran terhadap kedaulatan Irak dan hak diplomatik, yang merupakan terorisme negara dan kejahatan yang telah diakui Amerika sendiri,” lansir AMN (24/2).
Kepala Staf Iran menjelaskan bahwa pangkalan Amerika di Arab Saudi, Qatar, Emirates, Bahrain, Yordania dan Kuwait memberikan informasi intelijen ke Amerika dan bahwa pesawat terbang dari pangkalan militer di Kuwait, Yordania dan Irak, dan menargetkan mobil yang membawa Qassem Soleimani.
Mayor Jenderal Muhammad Bagheri menekankan bahwa “UEA, Bahrain dan Arab Saudi memikul tanggung jawab atas pembunuhan martir Qassem Soleimani.”
Dia menekankan, “Kami telah memberikan dokumen ke semua negara yang membuktikan hal ini, sehingga mereka tidak akan dapat menutupi partisipasi mereka dalam kejahatan itu secara langsung,” menambahkan bahwa pembunuhan Qassem Soleimani adalah ilegal dan mereka yang berada di belakang serangan itu harus dituntut. (haninmazaya/arrahmah.com)