TEHERAN (Arrahmah.com) – Iran pada Jumat (26/2/2021) mengutuk serangan militer AS di Suriah timur yang berbatasan dengan Irak, menyebutnya sebagai “agresi ilegal”.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Saeed Khatibzadeh, dalam sebuah pernyataan, mengatakan serangan itu merupakan “pelanggaran hak asasi manusia dan hukum internasional”, lansir Anadolu (27/2).
Serangan itu, diperintahkan oleh Presiden Joe Biden, dilakukan pada dini hari Jumat dan menargetkan milisi yang didukung Iran di wilayah perbatasan Suriah-Irak.
Pentagon mengatakan serangan udara itu menghancurkan “banyak fasilitas” milik milisi dan sebagai pembalasan atas serangan baru-baru ini terhadap AS dan pasukan koalisi di Irak, termasuk di Erbil.
Ada laporan yang saling bertentangan tentang korban dalam serangan tersebut, dengan kelompok milisi mengonfirmasi satu orang tewas dan sekitar dua lusin lainnya terluka.
Khatibzadeh, dalam sambutannya, mengatakan serangan udara AS adalah “kelanjutan dari agresi rezim Zionis di tanah Suriah,” mengacu pada serangan udara “Israel” di negara yang dilanda perang itu.
“Pasukan AS secara ilegal memasuki wilayah Suriah dalam beberapa tahun terakhir, menduduki wilayah-wilayahnya dan mencuri sumber daya alam, termasuk minyak,” kata juru bicara itu.
Dia menggambarkan aksi militer itu sebagai “pelanggaran nyata atas kedaulatan dan integritas teritorial Suriah,” memperingatkan bahwa hal itu dapat “memperburuk konflik militer dan semakin mengguncang kawasan itu.”
Sebelumnya pada hari itu, Menteri Luar Negeri Javad Zarif dalam pembicaraan telepon dengan mitranya dari Suriah Faisal Mekdad juga menekankan perlunya kepatuhan “kekuatan Barat dengan resolusi Dewan Keamanan PBB tentang Suriah dan perlunya menghormati kedaulatan dan integritas wilayah negara Arab.”
Serangan itu kemungkinan akan menggagalkan upaya baru-baru ini untuk mengurangi ketegangan antara Teheran dan Washington, menurut pengamat. (haninmazaya/arrahmah.com)