MANAMA (Arrahmah.com) – Delegasi dari lebih dari 60 negara termasuk Arab Saudi bertemu di Bahrain pada Senin (21/10/2019) untuk membahas keamanan maritim setelah serangan terhadap tanker di Teluk dan instalasi minyak Saudi, yang secara luas dipersalahkan pada Iran.
“Keamanan penerbangan dan maritim berada di atas agenda kebijakan di kawasan ini,” Menteri Luar Negeri Bahrain Sheikh Khalid bin Ahmed Al-Khalifa mengatakan pada konferensi tersebut. “Kita harus mengambil sikap kolektif … untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan demi melindungi negara kita dari negara-negara jahat.”
Dalam sebuah pesan kepada para delegasi, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo memperingatkan tentang ancaman yang ditimbulkan oleh program nuklir Iran.
“Pertemuan ini datang pada saat kritis dalam sejarah,” katanya. “Proliferasi senjata pemusnah massal (WMD) dan cara pengirimannya, baik melalui udara atau laut, merupakan ancaman serius bagi perdamaian dan keamanan internasional.”
“Bersama-sama, kita semua harus berkomitmen untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk menghentikan negara-negara yang terus mengejar WMD dengan risiko besar bagi kita semua.”
Negara-negara yang ikut serta dalam konferensi, termasuk ‘Israel’, termasuk dalam Kelompok Kerja Keamanan Maritim dan Penerbangan, yang dibentuk pada bulan Februari selama konferensi Timur Tengah di Warsawa.
“Pertemuan itu adalah kesempatan untuk bertukar pandangan tentang bagaimana menghadapi ancaman Iran dan untuk menjamin kebebasan navigasi,” kata kementerian luar negeri Bahrain.
Setelah serangan kapal tanker, AS membentuk koalisi angkatan laut untuk melindungi navigasi. Bahrain, yang menjadi tuan rumah Armada Kelima Angkatan Laut AS, bergabung pada Agustus, dan Arab Saudi dan UEA menyusul pada September. Inggris dan Australia adalah mitra Barat utama lainnya. (Althaf/arrahmah.com)