TEHERAN (Arrahmah.com) – Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan pada Selasa (5/1/2021) bahwa kesepakatan untuk mengakhiri perselisihan antara Qatar dan Arab Saudi dan sekutunya adalah hasil dari “perlawanan berani terhadap tekanan dan pemerasan”.
Congratulations to Qatar for the success of its brave resistance to pressure & extortion.
To our other Arab neighbors: Iran is neither an enemy nor threat. Enough scapegoating—especially with your reckless patron on his way out.
Time to take our offer for a strong region. #HOPE
— Javad Zarif (@JZarif) January 5, 2021
“Selamat kepada Qatar atas keberhasilan perlawanannya yang berani terhadap tekanan & pemerasan,” kata Zarif di Twitter setelah pengumuman perjanjian.
“Untuk tetangga Arab kami yang lain: Iran bukanlah musuh atau ancaman. Hentikan aksi mengkambinghitamkan Iran – terutama dengan pelindung sembrono anda (Presiden AS Donald Trump) yang sebentar lagi akan mengakhiri jabatannya,” tambah Zarif.
KTT Teluk yang diselenggarakan di kota al-Ula di barat laut Saudi itu ditujukan untuk memulai kembali hubungan diplomatik antara Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir di satu sisi, dan Qatar di sisi lain.
Kuartet Teluk itu memutuskan hubungan diplomatik, perdagangan, dan perjalanan dengan Qatar pada pertengahan 2017 setelah menuduh Qatar mendukung terorisme. Doha membantah tuduhan itu dan mengatakan embargo itu merupakan serangan terhadap kedaulatannya.
Doha telah dituduh dengan 13 tuntutan, mulai dari menutup televisi Al Jazeera dan menutup pangkalan Turki hingga memutuskan hubungan dengan Ikhwanul Muslimin dan menurunkan hubungan dengan Iran.
Qatar menolak tuntutan itu sebagai “tidak masuk akal”.
Blokade tersebut menyebabkan Qatar menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Iran dan Turki untuk memperluas opsi perdagangannya atau mengubah rute penerbangannya. (Althaf/arrahmah.com)