DAMASKUS (Arrahmah.com) – Iran dilaporkan telah mengonfirmasi pada Minggu (27/5/2012) bahwa mereka telah mengirim pasukan untuk membantu tindakan keras rezim Bashar al Assad terhadap pendemo anti-rezim, menambahkan bahwa negara itu pasti akan lebih berdarah jika tidak ikut campur, lapor Al Arabiya, Senin (28/5).
Pengakuan langka bahwa Iran telah membantu rezim Damaskus datang dalam sebuah pernyataan dari Jenderal Ismail Qa’ani, wakil komandan Pasukan Garda Revolusi Iran, Quds Force.
“Jika ‘Republik Islam’ tidak hadir di Suriah, pembantaian sipil akan menjadi dua kali lebih buruk,” klaim Jenderal Ismail kepada agen berita Tehran, ISNA.
Iran, tambahnya “secara fisik dan non-fisik akan menghentikan pemberontak dari membunuh lebih banyak orang-orang Suriah”. Meskipun berbagai media melaporkan bahwa pembantaian sipil dilakukan oleh rezim Assad itu sendiri, namun Iran sama halnya dengan rezim Assad, menyalahkan pejuang oposisi terkait kematian sipil dalam revolusi Suriah.
Namun selang beberapa jam setelah dipublikasikan di website ISNA, pernyataan Jenderal Ismail Qa’ani dihapus tanpa penjelasan apapun.
Walau begitu, telah banyak media online internasional yang mengutip pernyataannya.
“Saya pikir apa yang ia katakan tidak ia pelajari, ia tidak berkonsultasi dengan atasannya, itu hanya keluar dari mulutnya dalam sebuah kesempatan ketika ia seharusnya tidak mengatakan apapun mengenai partisipasi Iran di Suriah,” ujar Alireza Nourizadeh, direktus Pusat Studi Arab dan Iran di London.
Pernyataan itu datang di saat ketegangan memuncak di Suriah setelah pembantaian sipil yang menewaskan sedikitnya 108 orang termasuk banyak anak dan kaum perempuan di Houla, sebuah pemukiman di provinsi yang diperangi, Homs.
Setelah pernyataan kontroversial Qa’ani dihapus, Iran pada Senin (28/5) mengutuk pembunuhan di Houla dan menyalahkannya kepada kelompok “teroris” daripada sekutunya rezim Damaskus dan menyerukan agar pelaku dihukum. (haninmazaya/arrahmah.com)