TEHERAN (Arrahmah.id) – Iran, Selasa (25/7/2023), meluncurkan rudal jelajah baru yang dinamai sesuai nama komandan militer Irak yang terbunuh setelah AS mengumumkan pengerahan kapal perang tambahan ke Teluk Persia, lapor Anadolu Agency .
Rudal “Abu Mahdi” buatan dalam negeri secara resmi dikirim ke Angkatan Laut Iran dan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) di hadapan Menteri Pertahanan, Mohammad-Reza Ashtiani, dan pejabat militer senior.
Rudal jarak jauh dengan jangkauan 1.000 kilometer (621 mil) yang menggunakan kecerdasan buatan telah dibangun oleh para ahli di Aerospace Industries Organization (AIO), sebuah divisi dari Kementerian Pertahanan Iran.
Media pemerintah Iran, mengutip pejabat militer, mengatakan rudal yang membawa hulu ledak yang sangat eksplosif itu mampu melewati sistem pertahanan udara dan menyerang sasaran.
Berbicara pada upacara peresmian, Komandan Angkatan Laut IRGC, Alireza Tangsiri, mengatakan “kapal musuh” harus berada ribuan kilometer jauhnya untuk menghindari serangan rudal.
Menggambarkannya sebagai “salah satu rudal terbaik di kelasnya di dunia,” Tangsiri mengatakan ia memiliki “pencari ganda” dan telah dirancang untuk bekerja dalam peperangan elektronik, sambil mempertahankan langit-langit penerbangan yang rendah untuk menghindari pelacakan.
Hal itu terjadi kurang dari sepekan setelah Pentagon mengumumkan pengerahan kapal perang amfibi tambahan dan kelompok ekspedisi Marinir ke Teluk Persia, di tengah meningkatnya ketegangan dengan Iran.
Kapal perang amfibi, USS Bataan dan USS Carter Hall, serta anggota Unit Ekspedisi Marien ke-26 dikirim ke Komando Pusat AS atas instruksi Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, pekan lalu.
“Melalui tindakan ini, Amerika Serikat menunjukkan komitmen untuk memastikan kebebasan navigasi dan menghalangi kegiatan destabilisasi Iran di kawasan itu,” kata pernyataan Departemen Pertahanan.
Hal itu terjadi setelah Pentagon mengumumkan pengerahan jet tempur F-16 dan pesawat serang darat A-10 ke Teluk Persia.
Menyusul serangkaian insiden penyitaan kapal tanker di badan air strategis dalam beberapa bulan terakhir oleh Angkatan Laut Iran.
Menanggapi pengumuman pengerahan militer tambahan, komandan militer Iran, Abdolrahim Mousavi, pada Senin (23/7) mengatakan Iran “berhak untuk membuat pengaturan pencegahan yang diperlukan sesuai dengan peraturan dan regulasi hukum internasional.”
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani, juga mengatakan militer negara itu “memantau dengan kepekaan setiap tindakan ilegal dan tidak konstruktif yang memengaruhi keamanan kawasan.”
Ketegangan yang meningkat terjadi ketika Teheran dan Washington baru-baru ini terlibat dalam pembicaraan tidak langsung yang dimediasi oleh Oman dan Qatar untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 dan pertukaran tahanan. (zarahamala/arrahmah.id)