TEHERAN (Arrahmah.com) – Iran telah mengkonfirmasi dua rudal ditembakkan ke pesawat Ukraina yang jatuh bulan ini, dalam kesalahan besar yang menewaskan semua penumpang di dalamnya dan memicu protes.
Otoritas penerbangan sipil negara itu mengatakan belum menerima respon positif setelah meminta bantuan teknis dari Perancis dan Amerika Serikat untuk memecahkan kode kotak hitam dari pesawat yang jatuh.
Pesawat Ukraine International Airlines tanpa sengaja ditembak jatuh tak lama setelah lepas landas dari Bandara Internasional Imam Khomeini Teheran pada 8 Januari.
Iran telah berada di bawah tekanan internasional untuk melakukan penyelidikan penuh dan transparan terhadap bencana udara tersebut.
“Penyelidik … menemukan bahwa dua rudal Tor-M1 … ditembakkan ke pesawat,” kata Organisasi Penerbangan Sipil Iran dalam laporan awal yang diposting di situsnya Senin malam (20/1/2020).
Dikatakan bahwa penyelidikan sedang berlangsung untuk menilai dampak yang ditimbulkan terhadap kecelakaan itu.
Pernyataan itu mengkonfirmasi sebuah laporan di New York Times yang memuat rekaman video yang memperlihatkan dua proyektil ditembakkan ke pesawat.
Tor-M1 adalah rudal darat-ke-udara jarak pendek yang dikembangkan oleh Uni Soviet dan dirancang untuk menargetkan pesawat atau rudal jelajah.
Iran selama berhari-hari membantah klaim Barat berdasarkan laporan intelijen AS bahwa Boeing 737 yang mengoperasikan Penerbangan PS752 telah ditembak jatuh.
Namun kemudian pada 11 Januari, komandan dirgantara Pengawal Revolusi Iran (IRGC) Brigadir Jenderal Amirali Hajizadeh menerima tanggung jawab penuh. Namun dia mengatakan operator rudal yang melepaskan tembakan telah bertindak secara independen.
Kesalahan fatal itu memicu berhari-hari protes yang dipimpin mahasiswa terutama di ibukota Iran.
Pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khameini mengatakan pada Jumat pekan lalu bahwa demonstrasi itu tidak mewakili rakyat Iran dan menuduh musuh negara mengeksploitasi bencana udara untuk tujuan propaganda.
Dalam laporannya, Organisasi Penerbangan Sipil mengatakan “mustahil” baginya untuk membaca data penerbangan dan perekam suara kokpit – umumnya dikenal sebagai kotak hitam – karena mereka sangat canggih.
“Jika perangkat disediakan, informasi (pada kotak hitam) dapat dipulihkan dan diambil dalam waktu singkat,” katanya.
Organisasi Penerbangan Sipil Iran mengatakan mereka telah meminta mitra Perancis dan AS, BEA dan NTSB, untuk memberikan daftar peralatan yang diperlukan agar bisa membaca kotak hitam itu. Dikatakan pihaknya juga telah mencari transfer peralatan yang diperlukan, tetapi menambahkan bahwa baik BEA maupun NTSB “sejauh ini belum merespon secara positif”. (Althaf/arrahmah.com)