TEHERAN (Arrahmah.com) – Juru bicara parlemen Iran mengatakan pada Minggu (23/5/2021) bahwa pengawas internasional tidak dapat lagi mengakses gambar pengawasan situs nuklir Republik Islam, meningkatkan ketegangan di tengah upaya diplomatik di Wina untuk menyelamatkan kesepakatan atom Teheran dengan kekuatan dunia.
Komentar ketua parlemen Iran Mohammad Bagher Qalibaf, yang disiarkan oleh TV pemerintah, semakin menggarisbawahi jendela yang semakin sempit bagi Amerika Serikat dan lainnya untuk mencapai kesepakatan dengan Iran. Republik Islam telah memperkaya dan menimbun uranium pada tingkat yang jauh melampaui yang diizinkan oleh kesepakatan nuklir 2015, lapor France24.
“Mengenai hal ini, dan berdasarkan batas waktu tiga bulan yang telah berakhir, sudah pasti Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) tidak akan memiliki hak untuk mengakses gambar mulai 22 Mei,” kata Qalibaf.
IAEA mengatakan direktur jenderalnya akan memberi pengarahan singkat kepada wartawan Minggu malam (23/5) di Wina. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa ini tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Parlemen garis keras Iran pada bulan Desember menyetujui RUU yang akan menangguhkan sebagian inspeksi PBB terhadap fasilitas nuklirnya jika penandatangan Eropa tidak memberikan keringanan dari sanksi minyak dan perbankan pada bulan Februari. IAEA membuat kesepakatan tiga bulan dengan Iran untuk menahan gambar pengawasan, dengan Teheran mengancam akan menghapusnya setelah itu jika tidak ada kesepakatan yang dicapai.
Qalibaf mengatakan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, yang memiliki keputusan akhir tentang semua masalah negara, mendukung keputusan tersebut.
Pada 2018, presiden saat itu, Donald Trump, menarik AS secara sepihak dari kesepakatan nuklir, yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA). Serangkaian insiden yang meningkat sejak penarikan Trump telah mengancam wilayah Timur Tengah yang lebih luas.
Lebih dari setahun yang lalu, serangan pesawat tak berawak AS menewaskan seorang jenderal Iran, menyebabkan Teheran kemudian meluncurkan rudal balistik yang melukai puluhan tentara Amerika di Irak.
Ledakan misterius juga melanda fasilitas nuklir Natanz Iran, yang digambarkan Iran sebagai sabotase. Pada November, ilmuwan Iran Mohsen Fakhrizadeh, yang mendirikan program nuklir militer negara itu sekitar dua dekade sebelumnya, tewas dalam serangan yang dituduhkan Teheran kepada “Israel”. (Althaf/arrahmah.com)