TEHERAN (Arrahmah.com) – Iran kemarin (4/1/2021) menyita sebuah kapal tanker berbendera Korea Selatan yang dilaporkan menuju UEA, sumber media di negara itu melaporkan.
Informed sources confirmed that a ship with South Korean flag was seized in #PersianGulf due to creating environmental and chemical pollution https://t.co/GHhgnmfnLn pic.twitter.com/cxgSPEV7Xd
— Tasnim News Agency (@Tasnimnews_EN) January 4, 2021
Sumber berita lokal mengatakan kapal Hankuk Chemi disita oleh angkatan laut Pengawal Revolusi Iran (IRGC) karena mencemari perairan Teluk dengan bahan kimia.
Kementerian luar negeri Korea Selatan kemudian mengkonfirmasi bahwa sebuah kapal tanker yang memuat 7.200 ton produk kimia berbentuk minyak miliknya telah disita oleh otoritas Iran di perairan Oman, dan menuntut pembebasannya segera.
Sementara itu, otoritas angkatan laut Operasi Perdagangan Maritim Inggris (UKMTO) sebelumnya mengatakan di situsnya bahwa “interaksi” antara otoritas Iran dan kapal dagang di Selat Hormuz membuat kapal mengubah jalurnya dan melanjutkan ke perairan Iran.
Pada 2019, Iran juga menahan sebuah kapal di Teluk karena diduga menyelundupkan solar ke Uni Emirat Arab.
Al Arabiya melansir, tampaknya Republik Islam berusaha untuk meningkatkan pengaruhnya atas Seoul menjelang negosiasi aset-aset Iran senilai miliaran dolar yang dibekukan di bank-bank Korea Selatan di tengah kampanye tekanan AS yang menargetkan Iran.
Secara terpisah, wakil menteri luar negeri Korea Selatan Choi Jong-kun akan melanjutkan perjalanan tiga hari yang direncanakan ke Teheran awal pekan depan, tambah juru bicara kementerian luar negeri.
Kunjungan wakil menteri telah diatur sebelum penyitaan, karena Teheran berupaya membebaskan miliaran dolar yang ditahan di Seoul di bawah sanksi AS.
Kementerian pertahanan Seoul mengatakan Choi Young, sebuah kapal perusak yang membawa anggota unit anti-pembajakan Korea Selatan, tiba di perairan dekat Selat Hormuz dan “menjalankan misi untuk memastikan keselamatan warga negara”.
Penyitaan itu menyusul hari-hari ketegangan AS-Iran yang meningkat yang ditandai dengan peringatan pertama pembunuhan AS atas komandan militer utama Iran Mayor Jenderal Qasem Soleimani dalam serangan pesawat tak berawak di Baghdad. (Althaf/arrahmah.com)