WASHINGTON (Arrahmah.id) – Iran berusaha untuk menyebabkan “kerusakan dan kematian yang signifikan” melalui serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap “Israel”, kata para pejabat senior AS pada Ahad (14/4/2024).
Serangan tersebut melibatkan penembakan 300 amunisi, termasuk rudal balistik dan rudal jelajah, serta pesawat tak berawak, kata para pejabat kepada para wartawan dalam sebuah panggilan untuk memberikan penilaian terbaru AS atas serangan tersebut.
Seorang pejabat senior pemerintahan mengatakan bahwa upaya kolaboratif antara “Israel”, AS, Prancis, dan Inggris berhasil mencegat 99 persen rudal dan pesawat tak berawak yang diluncurkan Iran, lansir Al Arabiya.
Serangan tersebut “hampir” tidak menimbulkan kerusakan infrastruktur di “Israel”, klaim pejabat tersebut.
Presiden AS Joe Biden memerintahkan langkah-langkah untuk membela “Israel” 10 hari sebelum serangan itu, kata pejabat tersebut, seraya menambahkan bahwa Washington mendukung “Israel” meskipun ada perbedaan pendapat mengenai perang di Gaza.
Seorang pejabat senior pertahanan AS menggambarkan serangan Iran sebagai serangan langsung pertama yang pernah dilakukan terhadap “Israel” dari wilayah Iran. Serangan-serangan tersebut berasal dari berbagai negara, termasuk Iran, Irak, Suriah, dan Yaman, yang melanggar wilayah udara negara-negara Arab yang berdekatan, kata pejabat tersebut.
Selama serangan tersebut, lebih dari 100 rudal balistik jarak menengah, lebih dari 30 rudal jelajah serangan darat, dan lebih dari 150 pesawat tak berawak serangan satu arah dikerahkan ke arah “Israel”, demikian menurut seorang pejabat senior militer AS.
USS Arleigh Burke dan USS Carney, yang beroperasi di Laut Mediterania Timur, berhasil mencegat dan menghancurkan antara empat hingga enam rudal balistik Iran selama serangan tersebut, ujar pejabat militer senior itu.
Para pejabat mengatakan bahwa bertentangan dengan laporan-laporan yang menyatakan adanya pemberitahuan 72 jam yang diberikan oleh Teheran kepada Washington, pihak berwenang Iran tidak memberikan peringatan terlebih dahulu kepada AS.
Namun, sebuah pesan disampaikan melalui saluran Swiss ketika serangan sedang berlangsung, kata para pejabat itu, tanpa mau mengungkapkan isinya.
Mengenai kemungkinan respon “Israel”, pejabat senior pemerintahan menegaskan hak “Israel” untuk membela diri. “Tapi tidak, kami tidak akan membayangkan diri kami berpartisipasi dalam hal seperti itu [serangan balasan],” tambah pejabat itu. (haninmazaya/arrahmah.id)