JEDDAH (Arrahmah.com) – Teheran pada Rabu (24/7/2019) mengancam akan menciptakan “konfrontasi berbahaya” di Selat Hormuz di tengah meningkatnya ketegangan atas pembajakan di Teluk Arab.
Semua negara harus dapat mengekspor minyak mereka melalui selat atau tidak ada yang bisa sama sekali, kata Hossein Dehghan, seorang komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) dan penasihat militer untuk pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Teheran tidak akan bernegosiasi dengan AS dalam persyaratan apa pun dan jika Washington memutuskan untuk berperang maka semua pangkalan Amerika di wilayah itu akan menjadi sasaran, kata Dehghan.
Dia menuduh Abu Dhabi, ibukota UEA, menjadi pusat AS untuk menyerang keamanan nasional Iran.
Krisis maritim di Teluk dimulai ketika pasukan IRCG menaiki kapal tanker Inggris pekan lalu dan mengalihkannya ke pelabuhan Iran, sebagai balasan atas penyitaan Inggris di Mediterania terhadap sebuah kapal tanker Iran yang membawa minyak ke Suriah karena melanggar sanksi Uni Eropa.
Presiden Iran Hassan Rouhani mengisyaratkan pada Rabu (24/7) bahwa kedua kapal bisa ditukar. “Kami tidak ingin ketegangan dengan beberapa negara Eropa,” kata Rouhani.
Jika negara-negara itu untuk “menghentikan tindakan salah yang telah mereka lakukan, termasuk dari Gibraltar, tanggapan Iran akan sesuai.”
Rouhani juga mengatakan Iran akan terbuka untuk bernegosiasi jika ada “gencatan senjata” dalam sanksi ekonomi AS yang melumpuhkan ekonomi Iran.
“Dalam hal ini beberapa negara adalah perantara, meskipun mereka sendiri mengatakan mereka bukan mediator dan hanya mengekspresikan pandangan mereka sendiri,” katanya. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan penasihat diplomatik Prancis Emmanuel Bonne yang telah mengunjungi Teheran dalam sebulan terakhir. (Althaf/arrahmah.com)