TEHERAN (Arrahmah.com) – Presiden Iran memperingatkan para mitra Eropa dalam kesepakatan nuklirnya yang goyah pada hari Rabu (3/7/2019) bahwa Teheran akan meningkatkan pengayaan uraniumnya menjadi sesuai kehendak mereka sendiri mulai hari Minggu, memberikan tekanan pada Barat untuk menyelamatkannya dari sanksi intens AS yang menargetkan negara nuklir tersebut.
Komentar Hassan Rouhani muncul saat ketegangan tetap tinggi antara Iran dan AS atas kesepakatan yang ditarik oleh Presiden Donald Trump dari Amerika lebih dari setahun yang lalu.
Pihak berwenang pada Senin (1/7) mengakui Iran menembus batas persediaan low-enriched uranium (LEU).
Timbunan stok yang meningkat dan pengayaan yang lebih tinggi menutup satu tahun yang diperkirakan Iran akan diperlukan untuk menghasilkan bahan yang cukup dalam pembuatan bom nuklir.
Sementara itu, AS telah mengerahkan sebuah kapal induk, pesawat pembom B-52, dan pesawat tempur F-22 ke wilayah tersebut dan Iran baru-baru ini menembak jatuh sebuah pesawat pengintai militer AS. Pada Rabu (3/7), Iran menandai penembakan Angkatan Laut AS terhadap jet penumpang Iran pada tahun 1988, sebuah kesalahan yang menewaskan 290 orang dan menunjukkan bahaya kesalahan perhitungan dalam krisis saat ini.
Berbicara pada pertemuan kabinet di Teheran, komentar Rouhani tampaknya mengisyaratkan bahwa Eropa belum menawarkan Iran apa pun untuk meringankan kepedihannya dari sanksi baru AS yang menargetkan industri minyak dan para pejabat tingginya.
Kesepakatan nuklir Iran saat ini melarangnya memperkaya uranium di atas 3,67 persen, yang cukup untuk pembangkit listrik tenaga nuklir tetapi jauh di bawah 90 persen yang dibutuhkan untuk tingkat senjata.
“Dalam jumlah berapa pun yang kami inginkan, jumlah apa pun yang diperlukan, kami akan melewati 3,67,” kata Rouhani.
Sementara itu pada hari yang sama (3/7), kerabat mereka yang tewas pada tahun 1988 saat jatuhnya jet penumpang Iran melemparkan bunga ke Selat Hormuz sebagai tanda berkabung.
Televisi pemerintah Iran menayangkan rekaman pelayat di selat itu, ketika kapal-kapal Garda Revolusi Iran berpatroli di sekitar mereka. Mereka melemparkan gladiola ke selat ketika beberapa orang menangis.
Dijatuhkannya penerbangan Iran Air 655 oleh Angkatan Laut AS pada tanggal 3 Juli 1988 tetap menjadi salah satu momen yang ditunjukkan oleh pemerintah Iran sebagai ketidakpercayaannya terhadap Amerika selama beberapa dekade. Tembakan misil Angkatan Laut AS yang dilansir salah sasaran telah menewaskan 290 orang. (Althaf/arrahmah.com)