DAMASKUS (Arrahmah.com) – Situs berita Eqtsad mendapatkan informasi dari sumber yang bisa dipercaya bahwa tentara rezim Asad telah mengungkapkan informasi eksklusif bahwa Iran dan milisi Syiah “Hizbullah” telah mengurangi gaji para pejuangnya di Suriah, yang mengindikasikan krisis keuangan untuk kelompok-kelompok tersebut.
Sumber tersebut, yang pernah berada di antara pasukan rezim di Deir Azzur dan lebih suka tidak disebutkan namanya karena alasan keamanan, mengatakan bahwa tiga bulan lalu, milisi Iran dan “Hizbullah” mulai mengurangi gaji para pejuang dan kelompok-kelompok militan pro-rezim, yang menciptakan kekhawatiran di antara militan karena mereka tidak mendapatkan gaji bulanan mereka dan tidak mampu memenuhi kebutuhan mereka, lansir Zaman Alwasl (21/4/2019).
Menurut sumber, kurangnya likuiditas ada di balik pemotongan gaji, mereka juga ingin mengurangi kelompok-kelompok sipil milik milisi “Hizbullah” atau Iran.
Dia menjelaskan bahwa anggota kelompok-kelompok ini menerima gaji mereka dari milisi “Hizbullah”, dan di setiap sektor militer ada 5 warga Libanon yang menjadi anggota partai.
Mereka meminta “uang muka” dari gaji mereka dengan harapan gaji penuh bisa dibayarkan di akhir bulan setiap bulannya. Seperti meminta uang muka sejumlah 10.000 Pound Suriah (setara 20 USD) sebagai uang muka atas gajinya. Menurut sumber, bahwa setiap pejuang menerima sekitar 116 USD setiap bulannya.
Sebagian besar dari mereka adalah orang Suriah di bawah kontrak, namun gaji mereka datang langsung dari “Hizbullah”.
Sumber yang sama mengungkapkan bahwa intelijen Angkatan Udara telah membatalkan kontrak 6000 warga sipil yang terkait dengan apa yang disebut Al-Namer (Macan) dari Brigjen Suhail Hassan selama sekitar 5 bulan, juga karena krisis keuangan.
Dia menambahkan bahwa setiap pejuang dalam kelompok Al-Namer menerima sekitar 75.000 SP (145 USD), sedangkan gaji wajib militer adalah 25.000 SP.
Sumber mengatakan bahwa banyak yang melarikan diri dari layanan wajib militer karena gaji yang rendah.
“Hizbullah” dan Iran takut tidak menerima gaji yang telah ditunda selama tiga bulan terakhir.
“Konsekuensi dari krisis keuangan mulai nampak dari makanan para milisi,” katanya.
Mengenai masa depan para milisi ini, sumber mengatakan bahwa militan memilih sabar atau menjarah, yang dianggap sebagai sumber pendapatan kedua bagi para milisi ini setelah mendapat fasilitas yang baik.
“Hari ini kamu harus menjarah lebih banyak karena gajimu rendah. Orang-orang bahkan menjarah peralatan milik rezim Suriah, seperti (kabel besar, generator) dan properti lainnya milik rezim atau tentara,” tambahnya. (haninmazaya/arrahmah.com)