BAGHDAD (Arrahmah.com) – Sekitar 2.700 penasihat militer dari 5.200 telah meninggalkan Irak di tengah penarikan pasukan AS yang sedang berlangsung, dan setiap pasukan asing yang tersisa di negara Timur Tengah ada di sana untuk menasihati pasukan Irak dan tidak melakukan pertempuran apa pun, Hussein Allawi, penasihat reformasi sektor keamanan untuk Kantor Perdana Menteri Irak, mengatakan kepada Sputnik.
Pada Rabu, pejabat Irak dan AS mengadakan pembicaraan strategis putaran ketiga dalam format virtual tentang status pasukan koalisi pimpinan AS di negara Timur Tengah itu, lansir AMN (9/4/2021).
Kedua belah pihak sepakat bahwa tidak boleh ada pangkalan militer asing di Irak dan bahwa koalisi pimpinan AS harus terus menarik pasukan, dengan jadwal penarikan yang belum diselesaikan oleh kelompok koordinasi yang dibentuk tahun lalu. Perdana menteri Irak juga memerintahkan dibentuknya komite teknis untuk mengawasi proses negosiasi.
“Pihak Amerika mengurangi jumlah pasukannya, 2.700 penasihat Amerika meninggalkan Irak, dan kemarin AS mengatakan bahwa tidak akan ada pasukan di Irak di masa depan, saat ini tidak ada unit tempur asing di Irak, semua personel militer yang hadir adalah penasihat yang berbagi informasi dengan personel Irak, membantu menyusun tentara Irak dan memberikan dukungan kepada angkatan udara Irak ketika diminta melakukannya oleh komando militer Irak, ” kata Allawi.
Penasihat mengesampingkan kemungkinan bahwa Washington akan berubah pikiran, dengan mengatakan bahwa “tidak ada yang bisa melanggar kedaulatan Irak.” Keterlibatan AS saat ini adalah konsekuensi dari peristiwa 2014 di mana ISIS menyerang dari negara tetangga Suriah dan mengambil alih sebagian besar wilayah utara negara itu, termasuk Mosul.
Selama pembicaraan hari Rabu, setelah membahas masalah keamanan, pihak AS dan Irak membahas perdagangan, ekonomi dan budaya, termasuk pengembalian artefak budaya dan arsip ke negara itu, kata Allawi.
Pada Agustus 2020, kedua pihak sepakat untuk menarik semua pasukan asing keluar dari Irak dalam jangka waktu tiga tahun. Pada bulan Oktober, kelompok koordinasi dibentuk untuk mengatur jadwal penarikan mundur.
Masalah penarikan pasukan asing dari Irak diangkat oleh parlemen Irak pada awal 2020, ketika pemerintahan Presiden AS Donald Trump membunuh komandan pasukan khusus senior Iran Qassem Soleimani di dekat bandara Baghdad tanpa memberi tahu Irak. Anggota parlemen di Baghdad memberikan suara untuk mendukung resolusi yang menyerukan penarikan total. Sejak itu, AS telah menyerahkan sejumlah situs militer ke Irak, termasuk pangkalan udara dan markas tentara. (haninmazaya/arrahmah.com)