BAGHDAD (Arrahmah.id) – Irak mengatakan pada Ahad (11/2/2024) bahwa mereka telah melanjutkan pembicaraan dengan Amerika Serikat mengenai masa depan koalisi anti-ISIS, menyatakan harapan bahwa pembicaraan tersebut tidak akan terganggu dan akan segera menghasilkan sebuah keputusan.
Pembicaraan putaran pertama dibuka pada 27 Januari namun dengan cepat ditangguhkan setelah serangan pesawat tak berawak menewaskan tiga personil militer AS di sebuah pangkalan di Yordania pada hari berikutnya, yang mengarah pada serangan balasan dari AS.
“Komisi militer tertinggi Irak melanjutkan pertemuannya pada Ahad dengan pasukan koalisi internasional di Baghdad,” kata Jenderal Yehia Rasool, juru bicara militer perdana menteri Irak, dalam sebuah pernyataan, seperti dilaporkan Arab News.
“Selama tidak ada yang mengganggu ketenangan pembicaraan ini, pertemuan-pertemuan ini akan berlangsung secara teratur untuk mencapai hasil kerja komisi sesegera mungkin,” tambahnya.
Rasool mengatakan bahwa pertemuan-pertemuan tersebut bertujuan untuk mengatur “jadwal” untuk “penarikan pasukan koalisi secara progresif” dari Irak, yang mengarah ke akhir misinya.
Koalisi militer yang dipimpin AS dibentuk pada 2014 untuk memerangi kelompok ISIS -tahun dimana kelompok ini menguasai hampir sepertiga wilayah Irak dan beberapa wilayah di negara tetangganya, Suriah.
Pasukan AS dan sekutu telah menjadi sasaran lebih dari 165 kali di Timur Tengah sejak pertengahan Oktober, dalam serangan-serangan yang terkait dengan perang Israel-Hamas di Gaza.
Mayoritas serangan tersebut diklaim oleh Perlawanan Islam di Irak, sebuah aliansi dari kelompok-kelompok yang didukung Iran yang marah atas dukungan AS untuk “Israel”.
Amerika Serikat telah membalas dengan beberapa serangan mematikan yang menargetkan kelompok-kelompok ini.
Washington memiliki 2.500 tentara di Irak dan sekitar 900 tentara di Suriah sebagai bagian dari koalisi melawan ISIS.
Pasukannya di Irak dikerahkan atas undangan Baghdad, tetapi mereka yang berada di Suriah ditempatkan di daerah-daerah di luar kendali rezim Suriah.
Saat ini, pasukan AS di Irak memberikan bantuan kepada pasukan rezim untuk mencegah kemunculan kembali ISIS.
Dalam pernyataan pada Ahad (11/2), Rasool mengatakan bahwa diskusi-diskusi sekarang berfokus pada evaluasi ancaman yang ditimbulkan oleh ISIS, yang telah dikalahkan di Irak dan Suriah tetapi masih memiliki sel-sel tidur yang melakukan serangan.
Pembicaraan juga berpusat pada “kemampuan angkatan bersenjata Irak,” tambahnya.
Untuk menggantikan koalisi internasional, pihak berwenang Irak ingin terlibat dalam kerja sama militer bilateral dengan negara-negara anggota yang berkontribusi pada pasukan tersebut.
Namun prosesnya kemungkinan akan berlangsung lama. Sebuah pernyataan pada Kamis dari koalisi mengatakan bahwa tujuannya sekarang adalah “untuk menilai” kemajuan yang dicapai dalam mengalahkan para jihadis, dan untuk “mendiskusikan transisi masa depan” misi koalisi. (haninmazaya/arrahmah.id)