BAGHDAD (Arrahmah.com) – Irak menjamu para pejabat senior parlemen dari dua musuh bebuyutannya Arab Saudi dan Iran pada Sabtu (20/4/2019) ketika Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi berusaha untuk meningkatkan peran negaranya yang baru lahir sebagai mediator di wilayah tersebut.
Para delegasi, termasuk kepala parlemen dari Turki, Kuwait, Suriah, dan Yordania juga menghadiri konferensi satu hari di ibukota Irak untuk membahas keamanan regional, diplomasi, dan masalah ekonomi.
Abdul Mahdi baru-baru ini kembali dari kunjungannya ke Iran dan Arab Saudi, keduanya negara adidaya kaya minyak yang telah lama berlomba-lomba untuk mendominasi Timur Tengah. Tidak biasa bagi pejabat Saudi dan Iran untuk menghadiri acara yang sama.
Perdana menteri Irak menyatakan Baghdad akan mempertahankan hubungan kuat dengan Iran, tetapi juga dengan Washington dan negara-negara tetangga, yang banyak di antaranya, seperti Arab Saudi, yang menganggap Teheran musuh.
Pesan itu digemakan pada Sabtu (20/4) oleh pembicara parlemen, Mohammed al-Halboosi, yang memimpin pertemuan di Baghdad.
“Apa yang mengikat kita dengan tetangga kita adalah takdir geografis dan kepentingan bersama,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Para pejabat yang berkunjung menjanjikan dukungan untuk upaya-upaya rekonstruksi dan pembangunan di Irak dan bagi stabilitas berkelanjutan negara itu menyusul kemenangannya atas Negara Islam (ISIL), setelah tiga tahun perang, kata pernyataan itu.
Abdul Mahdi bertemu Raja Salman dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman selama kunjungannya ke Riyadh, perjalanan resmi pertamanya ke kerajaan itu sejak menjabat enam bulan lalu.
Baghdad dan Riyadh berselisih sejak invasi Irak ke Kuwait pada tahun 1990, tetapi mereka baru-baru ini melakukan upaya diplomatik untuk meningkatkan hubungan.
Kunjungan Abdul Mahdi ke Riyadh terjadi 10 hari setelah dia mengunjungi Iran. Selama perjalanannya ke Teheran, dia bertemu Presiden Hassan Rouhani dan pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Banyak pemimpin Irak, dari mayoritas Syiahnya, memiliki hubungan dekat dengan Iran, kekuatan utama Syiah di Timur Tengah. (Althaf/arrahmah.com)