BAGHDAD (Arrahmah.com) – Sebuah dokumen rahasia telah mengungkapkan rencana untuk menargetkan pangkalan AS di Baghdad, pada peringatan pertama pembunuhan Komandan Pasukan Quds Iran Qasem Soleimani.
Kabar ini datang dalam bocoran dokumen dari Kementerian Dalam Negeri Irak yang dilaporkan oleh media lokal, termasuk saluran TV swasta Dijlah TV, dan diedarkan di platform media sosial pada Kamis (24/12/2020).
Pada 3 Januari, Soleimani dan Kepala Pasukan Mobilisasi Populer Irak (PMF) Abu Mahdi Al-Muhandis tewas dalam serangan AS saat mereka menuju ke Baghdad dengan mobil.
Menurut dokumen itu: “Unsur-unsur pelanggar hukum dimaksudkan untuk menargetkan pangkalan militer Victoria AS, dekat bandara Baghdad, dengan rudal teknologi canggih.”
Dokumen tersebut mengindikasikan bahwa “tanggal serangan dijadwalkan pada 3 Januari,” menjelaskan bahwa: “Daerah yang menjadi sasaran adalah distrik Abu Ghraib, sebelah barat Baghdad.”
Dokumen itu tidak menyebutkan pihak yang berniat melancarkan serangan rudal terhadap pangkalan militer AS.
Tidak ada komentar dari pihak berwenang Irak tentang dokumen yang bocor hingga pukul 12:45 GMT.
Pada Minggu (20/12), orang tak dikenal menembakkan delapan roket ke Zona Hijau Baghdad, tempat kedutaan AS berada. Mayoritas rudal jatuh di bangunan tempat tinggal, sementara yang lain menghantam pos pemeriksaan keamanan, yang menyebabkan seorang tentara terluka parah, menurut pernyataan militer Irak.
Pada Rabu (23/12), Presiden AS yang akan keluar Donald Trump mengumumkan bahwa kedutaan negaranya di Baghdad diserang Minggu lalu dengan rudal, tiga di antaranya gagal meledak, sambil memperingatkan Iran tentang dampak upaya membunuh warga negara AS di Irak.
Washington menuduh faksi bersenjata Irak yang terkait dengan Iran memulai serangan terhadap kedutaan dan pangkalan militer AS, tempat tentara AS dikerahkan.
Faksi bersenjata Syiah, termasuk Brigade Hizbullah Irak yang berafiliasi dengan Iran, mengancam akan menargetkan pasukan AS yang ditempatkan di Irak kecuali mereka mundur sesuai dengan keputusan parlemen untuk mengakhiri kehadiran pasukan militer asing di negara itu.
Parlemen Irak memberikan suara mayoritas pada bulan Januari untuk mengakhiri kehadiran militer asing di negara itu setelah pembunuhan Soleimani dan Al-Muhandis dalam serangan AS di dekat Bandara Internasional Baghdad. (Althaf/arrahmah.com)