BAGHDAD (Arrahmah.id) — Di tengah berbagai ancaman penyakit yang muncul usai Covid-19, Irak dihadapi masalah kesehatan baru yang menyebabkan banyak warga negaranya meninggal dunia. Diketahui jumlah pasien demam berdarah di negara tersebut mendadak mengalami peningkatan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) (1/6/2022) mencatat ada 212 kasus demam berdarah Krimea-Kongo (Crimean-Congo Hemorrhagic Fever /CCHF) sejak 1 Januari hingga 22 Mei 2022, 115 kasus di antaranya masih dalam ketegori terduga dan 97 lainnya terkonfirmasi.
“Ada 27 kematian, 14 kasus suspek, dan 13 kasus konfirmasi laboratorium,” tulis keterangan resmi WHO (2/6).
Demam berdarah Krimea-Kongo merupakan endemik di negara-negara Afrika, Timur Tengah, dan Asia di selatan. Irak menjadi salah satu negara Mediterania timur di mana penyakit ini menjadi endemik.
Demam berdarah Krimea-Kongo merupakan penyakit yang ditularkan virus ke manusia melalui gigitan kutu yang terinfeksi, kontak langsung dengan darah atau jaringan dari manusia dan ternak yang terinfeksi.
Disebutkan WHO, kasus demam berdarah Krimea-Kongo di Irak merupakan mereka yang berkontak langsung dengan hewan seperti domba dan sapi, atau tukang daging. Menurut penelitian, hewan-hewan tersebut secara teratur dipenuhi spesies kutu, terutama Hyalomma, penyebab demam berdarah mematikan.
“Di antara kasus yang terkonfirmasi, sebagian besar memiliki kontak langsung dengan hewan dan merupakan peternak atau tukang daging,” terang WHO.
Hari raya keagamaan Islam yakni Idul Adha yang ditandai dengan pemotongan hewan kurban seperti unta, sapi, dan domba, akan diselenggarakan pada bulan Juli mendatang. WHO mengingatkan, pada acara tersebut akan meningkatkan risiko penyebaran demam berdarah Krimea-Kongo.
“Ada peningkatan risiko penyebaran CCHF di Irak karena hari raya keagamaan Idul Adha pada Juli karena akan ada lebih banyak unta, sapi, dan domba, disembelih pada periode itu,” ungkap WHO.
Tak hanya itu, penularan lintas internasional juga menjadi kekhawatiran mengingat akan ada peningkatan pergerakan populasi dan kemungkinan ekspor hewan kurban.
Berdasarkan rekomendasi WHO, pasien yang terinfeksi CCHF dapat disembuhkan dengan obat antivirus Ribavirin. Meski belum ada uji klinis terkait efektivitas Ribavirin, obat tersebut kerap digunakan untuk mengobati infeksi demam berdarah Krimea-Kongo.
“Obat antivirus Ribavirin, baik oral ataupun intravena. Obat telah digunakan untuk mengobati infeksi CCHF,” tulis rekomendasi WHO.
Hingga saat ini, belum ada vaksin khusus melawan demam-berdarah Krimea-Kongo untuk manusia ataupun hewan. (hanoum/arrahmah.id)