BAGHDAD (Arrahmah.com) – Seorang juru bicara pemerintah Irak membantah laporan pada Kamis (16/1/2020) bahwa operasi bersama telah dimulai kembali antara pasukan lokal dan koalisi pimpinan AS melawan sel-sel tidur ISIS.
Koalisi yang aktif di Irak sejak 2014 mengklaim pada 5 Januari bahwa mereka menghentikan operasi anti-ISIS dan misi pelatihan karena masalah keamanan setelah serangkaian serangan roket menghantam pangkalan-pangkalan di mana AS dan pasukan internasional lainnya berada.
New York Times, mengutip dua pejabat militer Amerika, melaporkan Kamis (16/1) bahwa AS – yang merupakan bagian terbesar dari koalisi – telah memulai kembali operasi.
Namun juru bicara perdana menteri Irak untuk urusan militer mengatakan kepada AFP bahwa koalisi tidak memiliki izin dari Baghdad untuk melakukan misi bersama.
“Operasi gabungan belum dilanjutkan dan kami belum memberikan otorisasi kami,” tutur Abdulkarim Khalaf.
Dia mengatakan pemerintah Irak telah memerintahkan koalisi untuk menghentikan operasi gabungannya setelah dua serangan udara AS termasuk satu yang menewaskan seorang komandan tinggi Iran.
Yang pertama, pada akhir Desember, menewaskan 25 pejuang paramiliter Irak di barat negara itu, sebagai pembalasan atas pembunuhan seorang kontraktor Amerika dalam serangan roket.
Yang kedua adalah serangan pesawat tak berawak presisi AS di luar bandara Baghdad pada 3 Januari, yang menewaskan jenderal Iran Qassem Soleimani dan pejabat militer Irak Abu Mahdi al-Muhandis.
“Kesepakatannya adalah bahwa koalisi ada di sini untuk melawan ISIS dan membantu Irak melawan ISIS, jadi kami menganggap serangan ini sebagai tindakan sepihak,” kata Khalaf.
Sebagai tanggapan, katanya, “operasi gabungan, yang meliputi penggunaan wilayah udara Irak, dilarang.”
Pentagon mengatakan kepada AFP bahwa pihaknya tidak memiliki informasi untuk diberikan mengenai pembukaan kembali.
Juru bicara koalisi pimpinan-AS di Baghdad juga menolak berkomentar.
Tetapi seorang pejabat tinggi pertahanan AS mengatakan kepada wartawan pekan lalu bahwa jeda operasional adalah keputusan koalisi – termasuk juga melanjutkannya.
“Ini benar-benar keputusan kami,” kata pejabat itu, yang mengatakan situasi keamanan masih terlalu tegang.
“Begitu diizinkan, kami akan mengaktifkannya kembali.”
Pejabat itu juga mengatakan koalisi terus menerbangkan pesawat pengintai di atas Irak meskipun ada keluhan dari Baghdad.
“Kami membutuhkannya untuk tetap siaga di lapangan. Jadi kami akan terus menerbangkannya selama kami butuhkan,” kata pejabat itu.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan pada Senin (13/1 bahwa para pemimpin Irak telah mengatakan kepadanya secara pribadi bahwa mereka mendukung kehadiran pasukan AS, meskipun ada seruan publik agar mereka pergi.
“Mereka tidak akan mengatakannya secara terbuka. Tapi secara pribadi mereka semua menyambut kenyataan bahwa Amerika masih menjalankan kampanye anti-terornya,” kata Pompeo di sebuah forum di Universitas Stanford.
Anggota parlemen Irak bulan ini juga mendesak pemerintah untuk mengeluarkan semua pasukan asing yang dikerahkan di negara itu, yang mencakup sekitar 5.200 tentara AS. (Althaf/arrahmah.com)