JAKARTA (Arrahmah.com) – Kali ini Indonesia Police Watch (IPW), bereaksi atas kebrutalan Densus di Ciputat. IPW meminta Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) melakukan investigasi terhadap operasi penyerbuan secara brutal sebuah rumah petakan di Ciputat, Tangerang Selatan, oleh Tim Densus 88 pada malam pergantian tahun baru 2014.
“Dalam kasus Ciputat, Komnas HAM harus melakukan investigasi. IPW berharap Komnas HAM mengawasi dengan ketat dan serius cara-cara kerja Densus 88,” kata Ketua Presidium IPW Neta S Pane lansir Antara Jumat (3/1/2014).
Neta menjelaskan investigasi perlu dilakukan untuk memastikan tidak ada tindakan pelanggaran HAM dalam operasi itu.
Tim Densus 88 melalui operasi penggerebekan selama ini kerap mengeksekusi nyawa para korbannya, dengan dalih terjadi tembak-menembak dan para terduga teroris melakukan perlawanan hebat terhadap polisi.
Dia menuding beragam logika juga kerap dibangun polisi dengan menyertakan keterangan saksi-saksi yang tidak meyakinkan.
Padahal, menurut Neta, operasi penggerebekan yang tidak transparan seperti itu justru menimbulkan kerisauan di masyarakat. Sebab bukan tidak mungkin masyarakat yang jarang bersosialisasi di sebuah wilayah tiba-tiba ditangkap, bahkan dieksekusi, lantas disebut-sebut sebagai terduga teroris.
“Cara-cara polisi yang mengeksekusi nyawa orang-orang yang dituding sebagai teroris di lapangan tentu sangat disesalkan. Meski sudah banyak dikecam berbagai pihak, tindakan eksekusi terus terjadi,” kata dia.
Dia menekankan bahwa tugas utama polisi adalah melumpuhkan tersangka, bukan sebagai eksekutor yang selalu menewaskan nyawa para tersangka.
Dari TKP
Sehubungan dengan itu, saksi mata kejadian, Yasmin mengatakan kepada arrahmah di tempat kejadian perkara, bahwa salah seorang korban yang diduga bernama Dayat ditembak saat mengendarai sepeda motor di dekat lapangan.
Ibu beranak empat ini menyaksikan langsung dari jarak dekat kejadian penembakan terhadap Dayat. “Ya saya lihat langsung, orang saya ada di sini,” ujarnya.
Dia mengatakan dua orang mengendarai sepeda motor ditembak beberapa kali di bagian tubuhnya langsung mati berlumuran darah di wajahnya.
“Sedang yang satu lagi terjatuh dan masih hidup.”
Korban yang sudah meninggal itu kemudian dibawa ke depan sebuah rumah yang berjarak 30 meter dari lokasi penembakan.
Saat arrahmah menunjukkan foto korban Densus di Ciputat dengan wajah berlumuran darah yang beredar di dunia maya, Yasmin membenarkan bahwa dia adalah orang yang ditembak.
Sumber lain yang tidak mau disebut namanya membenarkan, bahwa usai penembakan itu beberapa orang termasuk warga mengabadikan dengan kamera HP korban yang sudah meninggal dunia berlumuran darah dengan banyak luka tembak di tubuh dan wajahnya.
“Wah banyak orang sih saat itu yang foto-foto,” ujarnya.
Perilaku kejam dan sadis begitu dipertontonkan secara massif di hadapan warga Kampung Sawah Ciputat saat malam pergantian tahun itu. Bukan sesuatu yang berlebihan kiranya bila elemen masyarakat diantaranya Jamaah Anshorut Tauhid mendesak agar Komnas HAM bertindak.
“Tindakan pembunuhan yang dilakukan oleh Densus 88 tersebut merupakan tindakan extra judicial killing dan menambah banyak daftar pelanggaran HAM yang dilakukan oleh institusi penegak hukum terhadap ummat Islam, maka kami mendesak kepada pihak yang berkompenten dalam hal ini yaitu Komnas HAM untuk serius mengusut tuntas kasus ini, karena hal ini sangat mencederai nilai-nilai agama dan kemanusiaan,” tulis rilis JAT. (azm/arrahmah.com)