ISLAMABAD (Arrahmah.com) – “Naming the Dead”, sebuah proyek baru yang akan menamai dan memberikan nomor kepada korban tewas oleh serangan pengecut pesawat tak berawak AS untuk menantang klaim CIA yang selalu menggembar-gemborkan bahwa tidak ada kematian warga sipil dalam serangannya.
Proyek tersebut akan diluncurkan pada hari ini (23/9/2013), bertujuan untuk merekam baik nama dan jumlah orang yang dibunuh oleh serangan pesawat tak berawak AS di Pakistan, lapor The Guardian.
“Naming the Dead” adalah inisiatif oleh Biro Jurnalisme Investigasi (TBIJ), sebuah organiasi nirlaba yang telah memenangkan penghargaan untuk kerja kerasnya mengekspos beberapa realita perang drone rahasia yang sedang dijalankan oleh militer AS dan Inggris di Afghanistan, Pakistan, Yaman dan Somalia.
Tujuannya untuk menyimpan catatan menyeluruh korban dari serangan pesawat tak berawak di Pakistan, setelah penelitian yang mengungkapkan bahwa hanya satu dari lima korban dari 370 serangan yang telah teridentifikasi.
Sedikitnya 2.537 orang dilaporkan tewas oleh serangan pengecut drone AS di Pakistan dengan beberapa perkiraan menunjukkan hampir sebagian besar adalah warga sipil, meskipun TBIJ berencana untuk menamai baik warga sipil maupun “militan” yang menjadi korban, menggunakan campuran laporan media, dokumen pengadilan, studi akademis dan penelitian di lapangan.
Pemerintah AS sejauh ini enggan mengakui kematian warga sipil sejak serangan drone AS dimulai pada tahun 2006. CIA mengklaim serangan drone AS sejak Mei 2010 telah menewaskan lebih dari 600 “militan” dan tidak ada korban sipil.
Rencananya, pada hari ini (23/9), nama-nama pertama akan diterbitkan dalam bahasa Inggris dan Urdu. 200 nama warga sipil dewasa, 95 anak-anak dan 255 adalah pejuang Islam. Wallahua’lam (haninmazaya/arrahmah.com)