GAZA (Arrahmah.id) – Investigasi oleh Australian Broadcasting Corporation (ABC) telah mengonfirmasi bahwa tentara ‘Israel’ menerapkan apa yang disebut prosedur Hannibal (Hannibal Directive) pada 7 Oktober.
Hannibal Directive adalah prosedur militer ‘Israel’ kontroversial yang dirancang untuk mencegah penangkapan prajuritnya, bahkan jika hal itu mengakibatkan kematian prajurit itu sendiri.
Investigasi Australia ini menyimpulkan bahwa protokol tersebut digunakan oleh militer ‘Israel’ untuk mencegah Hamas menangkap tentara ‘Israel’, yang menyebabkan kematian pemukim dan warga sipil ‘Israel’.
Laporan tersebut, yang diterbitkan di situs web ABC pada Jumat (6/9/2024), memuat kesaksian dari pemukim Omri Shefrini, yang selamat dari penembakan tank ‘Israel’ di sebuah rumah di pemukiman Be’eri di Gaza.
Tidak Baik, Tidak Bermoral
ABC melaporkan bahwa segera setelah 7 Oktober, “ada beberapa kesaksian dari warga sipil dan personel militer ‘Israel’ bahwa pasukan ‘Israel’ yang menanggapi serangan Hamas telah membunuh warga negara mereka sendiri.”
Namun, laporan tersebut mencatat bagaimana “banyak warga ‘Israel’ dan pendukung ‘Israel’ mengecam siapa pun yang menyatakan hal itu terjadi, sebelum lebih banyak kesaksian dan laporan media ‘Israel’ mengonfirmasi kebenarannya.”
Laporan tersebut, yang diterbitkan di situs web ABC pada Jumat (6/9), memuat kesaksian dari Omri Shifroni, yang selamat dari penembakan tank ‘Israel’ di sebuah rumah di pemukiman Be’eri, yang terletak di wilayah Gaza, pada 7 Oktober.
“Kami mengetahui bahwa setidaknya satu sandera terbunuh oleh salah satu peluru,” kata Shifroni.
Menurut ABC, Shifroni, yang kehilangan tiga orang kerabatnya pada 7 Oktober, “masih kesal dengan keputusan militer ‘Israel’ untuk menggunakan amunisi berat terhadap rumah-rumah di Be’eri.”
“Saya kira itu bukan keputusan yang tepat, bukan keputusan yang baik, dan tidak bermoral,” katanya.
Laporan Haaretz
Juli lalu, surat kabar ‘Israel’ Haaretz mengungkapkan bahwa tentara ‘Israel’ memerintahkan pengaktifan Hannibal Directive, yang mencakup pembunuhan terhadap tahanan dan penculiknya, selama operasi militer yang dilakukan oleh Perlawanan Palestina pada 7 Oktober.
Investigasi oleh surat kabar tersebut mengonfirmasi bahwa tentara ‘Israel’ mengeluarkan perintah untuk memastikan tidak ada kendaraan yang diizinkan kembali ke Gaza selama serangan itu, meskipun ada risiko bagi penduduk di wilayah Gaza.
“Ini bukan perintah pertama yang diberikan oleh divisi tersebut dengan maksud menggagalkan penculikan bahkan dengan mengorbankan nyawa orang yang diculik, sebuah prosedur yang dikenal di militer sebagai Hannibal Directive,” demikian laporan surat kabar tersebut.
Penyelidikan ini didasarkan pada “dokumen-dokumen yang diperoleh Haaretz, serta kesaksian para prajurit, perwira menengah dan senior IDF,” yang “mengungkapkan sejumlah perintah.
Meskipun jumlah pasti warga sipil ‘Israel’ yang terbunuh akibat pengaktifan prosedur tersebut tidak dapat dipastikan, laporan tersebut mengindikasikan bahwa “data kumulatif menunjukkan bahwa banyak orang yang diculik berada dalam risiko terpapar tembakan ‘Israel’, meskipun mereka bukan targetnya.”
Menurut surat kabar tersebut, prosedur tersebut “diterapkan di tiga fasilitas militer yang disusupi oleh Hamas”.
Haaretz menjelaskan bahwa prosedur tersebut digunakan secara luas di persimpangan Beit Hanoun (Erez), pangkalan militer Re’im, dan pos terdepan Nahal Oz.
“Hal ini tidak mencegah penculikan tujuh orang dari mereka atau pembunuhan 15 tentara, serta 38 tentara lainnya,” kata laporan itu.
Narasi Zionis Palsu
Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan pada Ahad (8/9), gerakan Perlawanan Palestina Hamas mengatakan bahwa penyelidikan oleh surat kabar Australia tersebut “mengonfirmasi bahwa tentara pendudukan Zionis telah membunuh puluhan pemukim berdasarkan apa yang disebut Hannibal Directive”.
Laporan tersebut “merupakan bukti lebih lanjut mengenai kebohongan dalam narasi pendudukan, dan penipuan serta manipulasi yang digunakannya untuk menutupi kegagalan, kebingungan, dan kesalahannya pada hari itu,” tambah pernyataan itu.
Menurut Hamas, “narasi palsu Zionis” tentang peristiwa 7 Oktober “ditujukan untuk menjelek-jelekkan perlawanan dan rakyat Palestina untuk membenarkan genosida terhadap Jalur Gaza.”
Gerakan ini menyerukan kepada masyarakat internasional untuk “menghentikan genosida yang sedang dilakukan di Jalur Gaza dan meminta pertanggungjawaban Netanyahu dan para pemimpin pendudukan atas kejahatan yang terus mereka lakukan terhadap anak-anak dan warga sipil tak bersenjata.” (zarahamala/arrahmah.id)