(Arrahmah.com) – Pembayar pajak Amerika pada akhirnya akan membayar antara USD 4 triliun dan USD 6 triliun untuk biaya perang di Irak dan Afghanistan, misi militer termahal dalam sejarah Amerika Serikat (AS), berdasarkan sebuah studi pada Jum’at (29/3/2013), demikian Pajhwok Afghan News melaporkan.
Tagihan terbesar itu, termasuk biaya perawatan jangka panjang untuk para veteran perang, belum dibayar, kata Profesor Linda Bilmes dari Harvard University dalam laporannya. Sejauh ini AS telah menghabiskan USD 2 triliun untuk dua perang di negeri kaum Muslimin tersebut.
Bilmes menulis biaya tersebut hanya sebagian kecil dari harga utama, biaya terbesar saat ini adalah memberikan perawatan medis dan tunjangan cacat bagi para veteran.
“Secara historis, tagihan untuk biaya-biaya tersebut telah jatuh tempo beberapa dekade kemudian,” menurut laporan yang mencatat: “Pembayaran untuk para veteran Vietnam dan Perang Teluk pertama masih mendaki.”
Studi ini juga menemukan bahwa dari 1,56 juta tentara AS yang telah dipecat, lebih dari 50 persen dari mereka telah menerima perawatan di fasilitas Urusan Veteran dan mengajukan klaim untuk tunjangan cacat seumur hidup.
Menurut laporan tersebut, USD 34 triliun telah dibelanjakan pada perawatan medis dan tunjangan cacat bagi para veteran yang kembali dari Irak dan Afghanistan, Bilmes mengatakan tunjangan tersebut akan menghitung tambahan USD 834 triliun dalam beberapa dekade mendatang.
Sejumlah besar pinjaman untuk keuangan perang di Irak dan Afghanistan juga akan membebankan hutang jangka panjang yang substansial, Bilmes memperingatkan. Akibatnya, AS akan menghadapi kendala investasi pendanaan dalam hal personalia dan diplomasi, penelitian dan pengembangan. (siraaj/arrahmah.com)