Tekanan internasional terhadap Palestina memang tidak terperi. Negara-negara Barat menuntut Hamas selaku penguasa pemerintahan Palestina mengakui eksitensi penjajah Isrel. Tapi, perlawanan rakyat Palestina sesungguhnya belum berakhir. Intifadhah Al-Aqsha yang meletus pada bulan September 2000 terus berlangsung hingga hari ini, dan memasuki tahun ke tujuh.
Menurut data kementerian Kesehatan Palestina dan pusat HAM Palestina, lebih dari 4.750 orang Palestina telah gugur ditangan tentara Zionis sepanjang intifadhah. Intifadhah Al-Aqsha meletus pascakunjungan penghinaan PM Israel saat itu, Ariel Sharon ke Masjid Al-Aqsha yang ditentang habis oleh rakyat Palestina. Dunia nyaris diam, termasuk negara Islam dan Arab yang tak melakukan sikap tegas terhadap penghinaan Israel ke lokasi yang disucikan umat Islam tersebut.
Menurut catatan sejarah, tahun 2002 adalah tahun paling berdarah di Palestina sejak meletusnya intifadhah Al-Aqsha. Di tahun itu lebih dari 1.192 orang Palestina meninggal di tangan Zionis Israel. Yang membuat miris, 850 dari mereka yang gugur adalah anak-anak di bawah umur, yang berusia di bawah 18 tahun. Sedangkan sebanyak 225 orang korban lainnya adalah kaum wanita.
Kini, di awal masuknya intifadhah al-Aqsha tahun ke tujuh, sejumlah pakar Zionis mulai mereka-reka apa yang akan terjadi. Berdasarkan data intelejen yang mereka kumpulkan, Zionis melihat kekuatan intifadhah akan meletus dengan kekuatan lebih besar termasuk akan semakin maraknya aksi-aksi syahid dengan target sejumlah lokasi yang diduduki Israel. Dan dugaan menggelisahkan Israel.
Menurut Alex Fisyman, komentator militer Zionis kepada harian Yodiot Aharonot berbahasa Ibrani,”Ghaza diperkirakan akan melakukan serangan berlipat terhadap Israel. Hamas kini mendapat dukungan dari Hizbullah untuk menaklukkan militer Israel dengan menghimpun persenjataan dan amunisi yang belum pernah dimiliki sebelumnya.”
Sementara menurut pengamat militer Israel lainnya, saat ini kreatifitas perlawanan yang dimiliki pejuang Palestina semakin baik dan sangat berbeda dengan tahun tahun sebelumnya. Justru pengepungan bertahun tahun dengan serangan pesawat apache, F16 dan F18, juga tank tank militer dari berbagai arah, telah mematangkan perlawanan Palestina untuk menghadapi semuanya.
“Mereka akan melakukan serangan lebih cermat, teliti, tidak asal-asalan,” tulis Yodiot Aharonot mengutip seorang pengamat militer Israel yang tak mau disebutkan identitasnya. (era/na-str/pic)