SURIAH (Arrahmah.com) – Hari ini, Rabu (8/5/2013), sebagian besar Suriah “telah menghilang” dari dunia internet untuk kedua kalinya sejak perlawanan mujahidin yang dimulai pada tahun 2011, menurut perusahaan teknologi pemantauan lalu lintas Web dan Departemen Luar Negeri Amerika, seperti dilansir Muslims Today.
Hal ini disampaikan oleh Laporan Transparansi Google, yang melacak lalu lintas internet, pada pukul 9:45 [Selasa] malam waktu Suriah. Google melaporkan “tidak ada lalu lintas [internet] yang keluar” dari negara itu.
“Suriah saat ini sedang mengalami pemadaman internet sejak [Selasa] sore,” tambah Departemen Luar Negeri AS.
Sebagai akibat dari pemadaman ini, Google dan Twitter telah meluncurkan kembali layanan lama, Speak2Tweet. Layanan ini pernah membantu Suriah dari keterisolasian untuk berkomunikasi dengan dunia pada November 2012.
“Memang, kami telah mengaktifkan Speak2Tweet,” kata Manajer Senior Komunikasi Google, Christine Chen, dalam sebuah wawancara dengan Al Arabiya.
Chen mengatakan semua layanan Google saat ini tidak dapat diakses di Suriah, “Kami tidak bisa berspekulasi mengenai alasan-alasannya,” tambahnya.
Menurut sebuah sumber di dalam negeri Suriah, yang dihubungi oleh Al Arabiya, mereka diberitahu oleh perusahaan telekomunikasi Suriah bahwa telah terjadi “kerusakan pada kabel optik” yang mempengaruhi layanan di seluruh negeri.
Namun, ini tidak mempengaruhi layanan Speak2Tweet. Chen menjelaskan bahwa layanan ini tidak memerlukan akses internet. Namun, ini memerlukan sambungan telepon.
Layanan ini dilakukan dengan memanggil pengguna nomor internasional, yang disediakan oleh Google, dari telepon rumah atau ponsel dan kemudian pemanggil meninggalkan pesan suara yang diposting di halaman Speak2Tweet bahwa orang dapat mendengarnya.
Seorang sumber lainnya, Moaaz al-Hamwi (37), mengatakan pada saat seperti ini dia hanya menggunakan layanan Speak2Tweet untuk mengetahui kabar keluarganya di Suriah. Moaaz meninggalkan keluarganya pada akhir April untuk suatu urusan ke Doha. Dia mengatakan dia tidak bisa membayangkan situasi yang lebih buruk dari situasi saat ini. (banan/arrahmah.com)