ISTANBUL (Arrahmah.com) – Sebuah sumber dari Turkish National Intelligence Organization mengklaim bahwa telah dibuat nota kesepakatan dan kerjasama antara rezim Assad dan ISIS untuk menghancurkan FSA di wilayah utara negara itu, melanjutkan jual beli minyak, membunuh Zahran Alloush dan penyerahan Tedmur dan Sukhna. Demikian The Daily Sabah melaporkan pada Ahad (28/6/2015).
Kelompok ISIS dan komandan rezim Suriah dilaporkan telah mengadakan pertemuan di sebuah pabrik produksi gas di Al-Shaddadi daerah Hasaka pada tanggal 28 Mei tahun ini. Kedua pihak bertemu bukan untuk menghentikan pertikaian, tetapi guna memusatkan perhatian pada musuh yang sama.
Musuh bersama yang harus dihancurkan adalah kelompok oposisi, terutama kelompok moderat dan didukung Barat Free Syrian Army (FSA), yang baru-baru ini berhasil meraih kemenangan signifikan terhadap rezim di Idlib, Aleppo dan Daraa.
Sebuah sumber dari the National Intelligence Organization (MİT), yang dirahasiakan identitasnya, mengatakan kepada The Daily Sabah bahwa rezim Presiden Suriah Bashar Assad dan ISIS membuat kesepakatan pada hari itu di pabrik produksi gas.
Sebetulnya, telah lama ada dugaan bahwa ISIS bekerja untuk Iran atau Assad, namun tidak ada bukti untuk membuktikan teori konspirasi ini. Namun, ketika melihat kondisi perang, perjanjian lokal dan temporer sangat memungkinkan untuk diadakan, sehingga mendukung kebenaran hipotesa ini.
Baik Assad dan ISIS, keduanya memusuhi pasukan oposisi – rezim menganggap pasukan oposisi menjadi teroris dan telah terlibat perang mematikan dengan mereka.
ISIS melihat para pasukan oposisi sebagai kendala utama dari tujuan untuk menciptakan sebuah negara baru di Irak dan Suriah berdasarkan aturan yang ketat dari “hukum agama”.
Sumber itu mengungkapkan bahwa menurut kesepakatan, rezim Assad dan ISIS akan bekerja sama di daerah tertentu, terutama di mana mereka menemui kesulitan mengahadapi pasukan oposisi seperti Aleppo utara, sehingga ISIS akan meningkatkan serangan terhadap FSA, dan saat bersamaan rezim juga akan mengintensifkan serangan udara.
Selain itu, rezim Suriah meminta ISIS untuk secara khusus menargetkan beberapa pemimpin oposisi seperti Zahran Alloush, yang memimpin Jaysh al-Islam (Tentara Islam) kelompok yang beroperasi di Ghouta timur di pinggiran kota Damaskus.
Sebagai hadiah atas bantuan ISIS untuk rezim terhadap FSA, rezim akan memberikan beberapa kota seperti Tedmur dan Sukhna ke kelompok militan. ISIS, dalam menanggapi kerjasama rezim, akan terus menjual minyak baik melalui pipa dan kapal tanker.
Seperti diketahui dari perkembangan terakhir, ada perselisihan antara kedua belah pihak atas area Kurdi. Perwakilan rezim, menurut sumber, menolak ISIS merebut wilayah Kurdi, karena rezim dan Kurdish Democratic Union Party’s (PYD) People’s Protection Units (YPG) diduga telah membuat kesepakatan sebelumnya, memastikan bahwa tidak akan ada bentrokan antara pihak Kurdi dan Damaskus karena rezim sepakat akan menyerahkan kendali wilayah Kurdi kepada PYD.
Menurut sumber itu, dua pejabat dari rezim yang menghadiri pertemuan tersebut – Ali Talal dan Kolonel Ahmed Abdel Wahhab, yang menjabat sebagai kepala intelijen militer di Qamishli.
Mereka yang mengatur pertemuan antara Ali Mamlouk, kepala Biro Keamanan Nasional Suriah, dan mereka bertugas meyakinkan ISIS untuk meningkatkan serangan terhadap oposisi.
ISIS mengirim tiga komandan, Daily Sabah tidak memiliki informasi lain selain nama-nama mereka – Faisal Ghanem Abu Muhammad, Abu Ramzy dan pengacara Fadel el-Saleem Abu Mustafa – yang kemungkinan besar nama samaran karena anggota ISIS tidak pernah memberikan informasi lebih lanjut tentang identitas mereka.
Bahkan anggota kelompok ISIS memiliki informasi yang terbatas tentang siapa pemimpin dan komandan mereka.
Kedua pihak menyepakati empat hal:
1) – Sukhna dan Tadmur akan diserahkan untuk ISIS lengkap dengan gudang senjatanya.
Tadmur atau Palmyra dan Sukhna cukup strategis dan penting bagi ISIS untuk mengkonsolidasikan kekuatannya di Suria.
Dengan menguasai kota-kota yang berada di wilayah tengah Suriah akan memberikan akses ke beberapa ladang minyak terkaya, seperti dilaporkan syriadirect.org.
2) – ISIS akan terus menjual minyak kepada rezim baik melalui jaringan pipa dan tanker
Menurut kesepakatan itu, ISIS tidak akan memotong akses energi untuk rezim dan akan terus menjual minyak melalui pipa yang masuk ke wilayah rezim serta melalui tanker. Palmyra sangat penting karena kandungan sumber daya gas.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan bulan lalu bahwa dengan merebut Palmyra dan menyatukan perbatasannya dari Mosul ke Palmyra, ISIS mulai memegang sumber minyak utama kedua negara.
Rezim Assad telah kehilangan hampir setengah dari sumber gas dan listrik setelah dikuasai ISIS.
ISIS menyadari pentingnya sumber daya alam dan bahwa sumber daya akan memberikan kekuatan yang lebih besar untuk memenangkan. Assad harus bekerja sama dengan ISIS sebagai kelompok yang memegang kendali atas ladang minyak dan gas yang besar.
Palmyra menghasilkan 9 juta meter kubik minyak mentah per hari, dan itu merupakan setengah produksi minyak dan gas alam diseluruh Suriah.
3) – ISIS akan menyerang daerah yang dikuasai oposisi dan pasukan Assad akan membantu dengan melaksanakan serangan udara
Menurut perjanjian, ISIS akan menyerang wilayah yang dikuasai oposisi di Aleppo utara, terutama di Azaz, dan rezim akan mengintensifkan serangan udara di wilayah tersebut.
4) – Jika ISIS berhasil mengalahkan oposisi di utara, rezim akan menyerahkan al-Suwayda atau al-Salamiyah ke ISIS
Dua kota yang ditawarkan oleh rezim Assad akan memperluas wilayah ISIS atas kontrol ke wilayah Idlib dekat perbatasan Turki dan Suwayda di selatan.
Ada dua masalah yang masih menjadi sengketa antara ISIS dan rezim Assad:
1) – Rencana pembunuhan Zahran Alloush
Setelah menyepakati empat point diatas, kedua belah pihak mengatakan akan menyelenggarakan pertemuan lain untuk membahas rencana pembunuhan Zahran Alloush, pemimpin Jaish al-Islam, yang beroperasi di Ghouta dan Douma dekat Damaskus dan juga terlibat bentrokan dengan ISIS dekat Qalamoun Mountains.
Rezim, menurut sumber itu, meminta ISIS membunuh Alloush dan ISIS menerima tugas itu.
Jaish al-Islam dikenal untuk operasi yang sukses melawan rezim dan Hizbullah di dekat Damaskus.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan dalam Foreign Policy pada 1 Oktober 2013, kelompok ini digambarkan sebagai pihak yang sukses setelah berhasil mempersatukan lebih dari 50 kelompok-kelompok kecil di bawah payung nya.
2) – ISIS ingin al-Hasakah, rezim menolak
Masalah yang disengketakan adalah wilayah Kurdi, khususnya al-Hasakah, yang di pusat koridor untuk daerah berpenduduk Kurdi.
ISIS ingin merebut al-Hasakah untuk memecahkan kekuatan PYD di wilayah tersebut untuk mengamankan utara saat menyerang FSA di utara Aleppo.
Namun, menurut sumber itu, perwakilan rezim meminta ISIS tidak menyerang daerah Kurdi karenai rezim dan PYD sebelumnya sepakat bahwa al-Hasakah akan tetap berada di tangan YPG.
Namun, ISIS tidak menerima permintaan rezim dan menyerang al-Hasakah. Sebuah bentrokan antara kelompok dan rezim meletus di dekat Hama di Sheik Hilal.
“Bentrokan menewaskan 40 loyalis pemerintah, termasuk tentara dan anggota Angkatan Pertahanan Nasional,” kata seorang milisi pro-pemerintah daerah.
Bentrokan terbaru dapat menunjukkan kerjasama yang tidak sah di Suriah, namun memiliki target khusus untuk menghancurkan FSA.
(adibahasan/arrahmah.com)