DAMASKUS (Arrahmah.com) – Persediaan senjata kimia Suriah termasuk lebih dari 1.000 ton bahan kimia, menjadikannya sebagai salah satu negara terbesar yang menyimpan senjata kimia, ujar laporan intelijen Perancis.
Laporan tersebut mencatat bahwa program senjata kimia Suriah menjadi ancaman global utama dalam hal senjata pemusnah massal.
Menurut laporan tersebut, informasi yang dirilis merupakan informasi intelijen yang telah diklasifikasikan, berasal dari sumber Perancis. Ini termasuk analisa teknis menyeluruh pada sumber terbuka oleh intelijen dan layanan teknis Perancis. Beberapa elemen pelengkap diterima melalui kerjasama dengan mitra terdekat Perancis, seperti dilaporkan Al Arabiya.
Persediaan senjata kimia Suriah menjadi salah satu hal yang dimonitor oleh Perancis dan badan intelijen sekutunya untuk waktu yang lama.
Dalam serangan senjata kimia yang dilakukan oleh rezim kafir Assad pada 21 Agustus 2013 lalu, rezim Suriah telah menggunakan bahan kimia termasuk sarin dan sejumlah besar bahan kimia lainnya dalam serangan itu.
Suriah telah lama memiliki persenjataan kimiawi. Pada 23 Juli 2013, melalui juru bicara Menteri Luar Negeri, rezim Suriah menegaskan bahwa senjata yang berbeda (kimia dan non-konvensional) ditimbun dan diamankan di bawah pengawasan angkatan bersenjata.
Program kimia Suriah dimulai pada tahun 1970-an dan pada tahun 1980-an, Damaskus mulai memperoleh bahan, produk dan pengetahuan yang diperlukan untuk mengatur otonomi dan kapasitas produk masif dalam bidang itu.
Bahan-bahan kimia yang ditimbun rezim termasuk :
– Ratusan ton mustard sulfur, ditimbun dalam bentuk akhirnya
– Puluhan ton VX. VX adalah yang paling beracun di antara bahan kimia yang dikenal dalam peperangan
– Ratusan ton Sarin, mewakili sebagian besar gudang senjata.
Sarin dan VX adalah senyawa organophosphorous neurotoksik yang sebagian ditebar secara biner, yaitu disimpan sebagai dua produk kimia berbeda yang disebut bahan kimia prekursor, yang dicampur sebelum digunakan.
Kasus yang telah didokumentasikan dalam beberapa bulan terakhir dari penggunaan bahan kimia oleh rezim Suriah dalam serangan terhadap beberapa wilayah yang dikuasai oleh Mujahidin, dengan tujuan merebut kembali wilayah atau meneror penduduk setempat. (haninmazaya/arrahmah.com)