DEN HAAG (Arrahmah.id) – Intelijen militer Belanda telah memperingatkan CIA tentang rencana Ukraina untuk meledakkan pipa gas Nord Stream tiga bulan sebelum ledakan merusak sistem bawah laut, laporan berita mengatakan pada Selasa (13/6/2023).
Badan mata-mata AS kemudian mendesak Kyiv untuk tidak melanjutkan operasi tersebut, lansir radio publik NOS Belanda, bekerja sama dengan radio Jerman ARD dan surat kabar nasional Die Zeit.
CIA memperingatkan Ukraina “setelah menerima laporan mengkhawatirkan dari Badan Intelijen Militer Belanda (MIVD) yang mendengar tentang rencana tersebut melalui sumber Ukraina,” kata NOS.
The Washington Post melaporkan pekan lalu bahwa CIA diberi tahu tentang rencana Ukraina oleh agen mata-mata Eropa, tetapi tidak disebutkan negara mana yang bertanggung jawab.
Menteri Pertahanan Belanda Kajsa Olongren menolak berkomentar ketika ditanya tentang laporan tersebut.
“Saya tidak bisa mengomentari pekerjaan badan intelijen kami,” katanya kepada wartawan pada konferensi pers di Amsterdam, menambahkan bahwa insiden itu sedang diselidiki oleh Jerman, Swedia dan Denmark.
Pipa Nord Stream 1 dan 2, dibangun untuk membawa gas alam dari Rusia ke Jerman, diguncang oleh ledakan bawah air pada 26 September.
Belanda adalah salah satu pemangku kepentingan utama di Nord Stream bersama dengan Rusia, Prancis, dan Jerman.
Tuduhan dibuat terhadap beberapa negara termasuk Rusia, Amerika Serikat dan Ukraina, tetapi semuanya menolak bertanggung jawab. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky awal bulan ini kembali membantah keterlibatan Kyiv.
Rencana yang diduga dicegat oleh intelijen Belanda mengatakan bahwa jenderal top Ukraina Valerii Zaluzhnyi bertanggung jawab atas operasi tersebut, yang melibatkan tim kecil penyelam yang menggunakan kapal layar, dan Zelensky tidak mengetahuinya, kata NOS.
Dikatakan bahwa media Jerman telah berbicara dengan beberapa sumber intelijen internasional yang mengetahui keterlibatan MIVD.
The Washington Post mengatakan dokumen yang dibocorkan oleh teknisi komputer Garda Nasional Udara AS menunjukkan bahwa layanan intelijen Eropa yang tidak disebutkan namanya telah memberi tahu Badan Intelijen Pusat AS tentang rencana tersebut pada Juni 2022. Sementara itu, penyelidik Jerman sedang menyelidiki bukti bahwa Polandia digunakan sebagai pangkalan persiapan untuk operasi tersebut, The Wall Street Journal melaporkan pada Sabtu (10/6). (zarahamala/arrahmah.id)