BELANDA (Arrahmah.com) – Badan Itelijen Belanda (AIVD), menuduh kelompok-kelompok pejuang Islam yang mereka sebut Jihadis kian marak di internet dengan memanfaatkan website. “Semakin banyak orang di banyak negara yang berhubungan dengan ‘Jihad radikal’ lewat internet,” kata AIVD dalam sebuah laporan yang dikutip situs Radio Nederland, Selasa (14/2/2012).
“Kelompok Jihad yang aktif di internet menjadi ancaman bagi Barat.”
AIVD menyebutkan bahwa selama 10 tahun terakhir, internet menjadi sarang bagi kelompok-kelompok Jihadis.
AIVD memperkirakan, di seluruh dunia terdapat sekitar 250 ribu Jihadis di 100 negara yang aktif di website, tapi tidak bisa dilacak oleh mesin pencari. AIVD juga tidak bisa memastikan berapa banyak pengunjung internet Belanda yang berhubungan dengan Jihadis di Afghanistan dan Yaman.
Politisi, jurnalis, ataupun ilmuwan Belanda tidak dapat memastikan sejauh mana situs-situs jihadi itu berbahaya.
Situs-situs Jihad tersebut tidak hanya banyak dikunjungi oleh orang-orang yang bersedia mengorbankan jiwa mereka, tetapi juga oleh orang awam tetapi memiliki “inspirasi radikal”.
Banyak diskusi di internet itu membakar-bakar semangat untuk menghabiskan “musuh-musuh Islam”. Situs-situs web itu tidak dikelola oleh gerakan-gerakan seperti Al-Qaeda, tapi organisasi-organisasi serupa yang “tak terlihat” yang aktif di internet.
Diperkirakan hanya 0,2% yang “terlihat” di internet atau yang bisa dicari lewat mesin pencari. Situs-situs gerakan jihad itu sulit atau bahkan tidak bisa dilacak di internet.
Menurut Kepala AIVD, Rob Bertholee, situs-situs Jihad makin profesional dan hanya bisa dilacak dengan kode-kode tertentu. “Kalaupun situs tersebut diblokir dalam waktu sekejap, muncul lagi,” katanya.
Belum lagi, akun-akun jihadi di jejaring sosial seperti yang paling terkenal, Facebook dan Twitter. Di kedua jejaring sosial top dunia ini banyak sekali bertebaran akun-akun jihadi yang menyebarkan kabar-kabar dan ideologi-ideologi tentang Jihad. Meskipun begitu, tetap saja ada kelemahannya, yaitu sering dijadikan target oleh pihak-pihak intelijen untuk menjebak atau memantau aktivitas para Jihadis.
Menurut AIVD, banyak aksi “kekerasan” berhasil dicegah berdasarkan informasi di internet, seperti rencana melakukan serangan, pengeboman, dan transaksi bahan-bahan peledak. Namun, AIVD tidak bersedia memberikan rincian. (siraaj/arrahmah.com)