JAKARTA (Arrahmah.com) – Badan Intelijen Amerika menggunakan program komputer yang rumit untuk membuat sebuah database dengan bentuk seperti Facebook. Program itu untuk membantu dalam membangun hubungan ke jaringan “teroris”.
Badan intelijen mengambil data mentah dari berbagai sumber termasuk informasi yang didapat dari hasil wawancara mereka terhadap para tersangka yang ditangkap dan data–data telekomunikasi yang didapat dari email dan panggilan telepon.
Ketika informasi tersebut telah dimasukkan kedalam program komputer, diharapkan dapat membantu dalam mengetahui sosok utama di organisasi “teroris” dan untuk memprediksi terjadinya serangan sebelum mereka diserang.
Dengan menganalisa jaringan sosial yang ada diantara “militan” yang sudah dikenal maupun terhadap tersangka bahkan pada mereka yang tak terlibat, pemimpin militer berharap dapat membuka babak baru dalam “perang terhadap teror”.
Dr Ian McCulloh, perwira angkatan bersenjata Amerika di pusat pendidikan militer Westpoint di New York mengatakan kepada The Independent bahwa ia menggunakan analis jaringan pertemanan untuk mengungkap hubungan antara berbagai video kematian di Amerika yang dibuat oleh pemberontak di Irak.
Ia juga mengatakan penjelasan mengenai bagaimana mereka berhubungan adalah rahasia. “Tapi penafsiran kami menyatakan, bahwa video tersebut sepertinya dilakukan oleh kelompok yang sama… hal tersebut membuat kami dapat melihat bagian antara kelompok ‘teroris’ dengan serangan sebenarnya,” katanya.
Dengan menyebar intelijen untuk menjangkau masyarakat luas, badan itu berencana mengawasi masyarakat. Orang–orang yang tidak dikenal maupun yang tidak berhubungan, tetap dimasukan ke dalam komputer untuk dihitung dengan metode algoritma guna menyelidiki hubungan mereka yang mungkin terlewat oleh manusia.[inilahnews/arrahmah.com]